Senin, 18 Maret 2024

MAHASISWA BIASA

 

KAJIAN TEKNIK FOTOGRAFI DALAM EKSPLORASI BUDAYA BARU DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

 

ABSTRAK

            Perkembangan kamera dalam era digital telah memungkinkan masyarakat untuk mengeksplorasi seni fotografi lebih dalam. Fotografi bukan sekadar hobi, melainkan juga menjadi medium ekspresi yang mendalam. Era digital menghilangkan hambatan dalam proses fotografi dengan mengeliminasi kebutuhan akan pemrosesan film dan pencetakan foto, memungkinkan fotografer untuk fokus pada esensi pengambilan gambar. Namun, pemahaman teknik eksposure tetap penting untuk memaksimalkan potensi kreatif dalam fotografi. Fotografi telah berkembang dari alat bantu melukis menjadi bentuk seni yang mandiri dan kuat, memungkinkan dokumentasi seni pertunjukan dengan keindahan dan keakuratan yang luar biasa. Fotografi juga memainkan peran penting dalam industri iklan cetak, di mana pengajaran fotografi menjadi wajib di Perguruan Tinggi dengan Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV). Meskipun demikian, fungsi dan makna dalam karya fotografi tetap menjadi landasan utama dalam mendukung keberhasilan desain komunikasi visual.

 

Topik 1 : Pengenalan Teknik Dasar

Literture Review Jurnal 1

Penulis  : Agnes Paulina Gunawan

Judul  : PENGENALAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI

Halaman  : 1-10

 

Teori :

Perkembangan teknologi dan ide yang terjadi dalam bidang fotografi sangat berpengaruh terhadap karakteristik dan hasil karya fotografi di jaman sekarang. Hal itu terlihat baik dalam segi perkembangan mekanisme kamera, dari yang manual sampai digital, maupun dari segi program atau perangkat lunak yang makin berkembang untuk mengolah hasil fotografi. Namun, seiring dengan perkembangan dan perubahan teknologi tersebut, pengetahuan mengenai teknik dasar fotografi hingga saat ini masih sama dan masih bisa diaplikasikan ke semua jenis kamera yang ada di pasaran. Sehingga tidak ada salahnya untuk mempelajari teori atau teknik fotografi, sebab prinsip kerja dari semua kamera di pasaran masih berdasar dengan teori dan prinsip dasar yang sama.

Berbeda dengan beberapa aliran seni yang membutuhkan bakat atau waktu untuk latihan keterampilan yang memadai untuk menghasilkan sebuah karya, dalam fotografi semua orang pasti bisa langsung memotret asal memiliki kamera, terutama dengan kecanggihan peralatan digital yang langsung bisa menampilkan hasil fotografi dengan sangat cepat. Dengan segala kondisi inilah, seseorang sebaiknya menguasai teknik dasar fotografi agar bisa menjadi fotografer yang mampu menghasilkan foto yang baik dan berkualitas dengan keterampilan profesional. Dengan tujuan menghasilkan hasil karya fotografi yang pasti bagus dan berkualitas bukan dengan sistem coba-coba sampai berhasil mendapatkan hasil sesuai keinginan saja.

Sebab dengan segala kemudahan di era digital ini, banyak orang bisa memotret dengan sistem untung-untungan. Dengan tampilan hasil foto yang langsung dapat dilihat hasilnya, bila foto tersebut belum bagus atau belum sesuai dengan keinginan si fotografer maka bisa langsung dihapus. Bila hasilnya masih belum memuaskan, tinggal dihapus lagi dan memotret berulang sampai hasil yang diinginkan didapatkan. Sehingga banyak didapati fotografer yang ternyata tidak menguasai teori dan teknik fotografi namun bisa menghasilkan karya-karya yang bisa jadi menarik dan memiliki nilai seni.

Namun sangat disayangkan bila waktu dan memori kamera yang digunakan terbuang lebih banyak karena proses untung-untungan tersebut. Jurnal ini membahas teknik-teknik dasar pemahaman proses fotografi. Sehingga dengan menguasai teknik dasar tersebut, fotografer sudah bisa memperkirakan hasil karya yang diinginkan dengan menyesuaikan kondisi yang diamati langsung oleh indera penglihatannya.

 

Metode :

Penulisan ini disusun sebagai hasil dari penelitian kualitatif dengan pendekatan melalui metode studi literatur berdasarkan pengumpulan data melalui buku-buku mengenai teknik dasar dalam fotografi dan sumber dari Internet mengenai teori-teori dasar fotografi yang berkaitan dengan materi pembahasan. Ditambah lagi dari hasil praktik dalam mata kuliah fotografi, dan tanya jawab mengenai permasalahan umum yang paling sering dibahas oleh mahasiswa saat pemotretan dengan berbagai kondisi saat praktik di awal perkuliahan.

 

Hasil :

Dalam bidang fotografi ada tiga hal penting yang harus selalu ada untuk mendapatkan suatu karya foto, yaitu media rekam, media penyimpan, dan cahaya. Media rekam di sini adalah kamera, media rekamnya adalah film, atau sekarang lebih banyak yang memakai memory card. Akan teapi, aspek yang terpenting dalam fotografi adalah cahaya. Bila tidak ada cahaya, karya fotografi tidak akan terbentuk. Sesedikit apapun keberadaan cahaya dalam proses pembuatan karya fotografi pasti bisa menghasilkan karya fotografi. Jika tidak ada cahaya sama sekali walaupun seseorang memiliki media rekam dan media penyimpanan, tidak akan bisa menghasilkan suatu karya foto. Sama seperti apabila seseorang berada di ruangan yang gelap gulita, walaupun ruangan itu tertata dengan interior yang bagus tetap tidak akan terlihat bila tidak ada cahaya sama sekali.

Bagaimana seorang fotografer bisa menentukan seberapa banyak cahaya yang dibutuhkan dalam suatu proses pemotretan, atau bagaimana dapat memotret dengan kondisi pencahayaan yang seadanya sehingga bisa menghasilkan karya foto dengan pencahayaan yang sesuai. Jurnal ini akan membahas tentang teknik dasar fotografi yang berkaitan dengan fitur-fitur penting yang biasanya selalu terdapat dalam sebuah kamera, yaitu diafragma (bukaan lensa), shutter speed (kecepatan tirai rana), dan pengaturan ISO (kepekaan sebuah film)

 

Topik 2 : Pengenalan Teknik Dasar

Literture Review Jurnal 2

Penulis  : Prayanto Widyo Harsanto, FSR Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Judul  : FOTOGRAFI DALAM DESAIN KOMUNIKASI VISUAL (DKV)

Halaman  : 1-9

 

Teori :

Pada awalnya iklan cetak lebih banyak atau didominasi oleh tulisan dibanding gambar/foto. Namun karena tuntutan pasar, kompetisi, dan perkembangan zaman maka iklan cetak sebagai komunikasi visual mengharuskan untuk tampil memikat. Sekarang foto pada iklan cetak tidak lagi sekadar pendukung teks saja, tetapi menjadi kekuatan dan daya tarik pada suatu iklan.

Penemuan teknik fotografi oleh Niepce dan Daguerre pada tahun 1839 menjadi penanda bahwa alat ini sangat memungkinkan untuk menggantikan teknik-teknik ilustrasi yang sebelumnya digunakan dalam iklan cetak. Setelah fotografi mulai populer dalam masyarakat dan didukung dengan perkembangan teknologi grafika, maka unsur gambar dengan teknik fotografi banyak digunakan untuk ilustrasi iklan cetak, bahkan mulai menggeser peran gambar tangan sebagai elemen visual dalam iklan.

Menurut sumber Direktorat Akademik, Dirjen Dikti tahun 2008/2009, Perguruan Tinggi di Indonesia yang memiliki program studi Desain Komunikasi Visual (DKV) untuk program S-1 ada sebanyak 45 prodi, belum termasuk untuk jenjang D-1 dan D-3. Hingga saat ini (tahun 2017) dapat diperkirakan bahwa program S-1 DKV sudah lebih dari 50-an program studi di Indonesia. Jika dicermati pendidikan DKV tidak hanya ada di Peguruan tinggi saja, saat ini DKV juga ada dan berkembang pada tingkat/level sekolah menengah, yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mengalami perkembangan sangat cepat.

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pentingnya mata kuliah Fotografi di Perguruan Tinggi yang dimiliki prodi DKV di Indonesia saat ini. Di samping itu, tulisan ini juga ingin menjawab pertanyaan bagaimana pendidikan DKV dapat memberikan berkontribusi pada industri DKV sekaligus turut memelihara profesi terkait DKV dalam suatu sinergi yang produktif.

 

Metode :

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan kualitatif melalui kegiatan observasi, wawancara, dan studi literature untuk mendapatkan data pendukung serta mencari kerangka teori guna menguatkan hasil penulisan. Dari data dan kerangka teori yang diperoleh dilakukan analisis dengan membaca kondisi nyata di lapangan.

Kajian ini didasari atas respon penulis selaku dosen DKV dan sekaligus asesor BAN-PT sejak 2006 dalam melihat fenomena yang ada di lapangan dan membaca secara langsung terjadinya perubahan mengenai cara pandang/paradigma di dalam pengajaran dan kurikulum yang diterapkan di program studi DKV khususnya untuk mata kuliah Fotografi.

 

Hasil :

Pasca tahun 1990-an DKV mulai memasuki era teknologi digital yang merubah budaya kerja di industri ini. Dari ketergantungan dengan kemampuan skill manual manusia berubah menjadi serba komputerisasi. Semua keahlian tersebut dapat digantikan oleh piranti lunak dan piranti keras komputer. Hal ini merupakan salah satu yang merubah paradigma Perguruan Tinggi DKV lebih berkembang ke arah digitalisasi.

Di Indonesia saat ini Perguruan Tinggi DKV juga lebih menitikberatkan pada penguasaan aplikasi komputer grafis. Pertumbuhan pendidikan DKV yang pesat juga tidak lepas dari perkembangan teknologi dan media informasi. Fenomena ini membuka peluang tumbuhnya profesi-profesi baru terkait dengan DKV yang pada akhirnya meningkatkan permintaan akan jasa pendidikan DKV. DKV sebagai “seni komunikasi” secara visual pada dasarnya lebih dekat dengan bidang seni rupa, meskipun demikian secara profesi DKV merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu/keahlian yang digunakan untuk menjawab kebutuhan komunikasi dan informasi, baik komersial dan non komersial. Salah satu bidang keahlian DKV yang perlu dipelajari adalah fotografi. Pengetahuan dan keterampilan fotografi sangat penting dan sangat berguna sebagai bekal mahasiswa DKV yang dapat diterapkan saat masih menempuh kuliah maupun setelah selesai studi/lulus.    

Pengetahuan dan keterampilan fotografi yang diajarkan di S-1, yang notabenenya akademis, sebaiknya tidak sekadar bagaimana dapat mengoperasikan peralatan kamera dan menggunakan peralatan yang lain (how to), akan tetapi juga sangat penting meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang sifatnya konseptual dan riset terkait kegiatan fotografi. Artinya bahwa fotografi adalah pekerjaan ilmiah (akademis), karena membuat foto tidak hanya sekadar teknis melainkan mencari suatu pemecahan atas persoalan yang harus dapat diatasi dan diuraikan secara sistematis. Oleh karena itu, sebelum melakukan pemotretan fotografer perlu terlebih dulu melakukan penelitian/riset tentang objek atau subjek yang akan dibuat agar fotonya tersaji dengan baik dan mampu menjawab permasalahannya. Komposisi mata kuliah fotografi di DKV untuk S1 yang memiliki beban 5-8 sks dari keseluruhan 144- 148 sks harus dimanfaatkan secara maksimal untuk bekal mahasiswa.

Di era kamera digital, masyarakat memandang fotografi sebagai sesuatu yang mudah, murah, dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, dan inilah era digital photography (digitalisasi fotografi). Meskipun peralatan fotografi saat ini sangat canggih namun masih tetap diperlukan seseorang yang memiliki kemampuan teknis dengan kepekaan estetis yang baik sebagai ‘man behind the camera’ dalam menciptakan fotografi. Artinya keterampilan dan pengetahuan seni rupa seperti menggambar, nirmana, kritik/tinjauan seni, sejarah sangat penting sebagai landasan mengasah kepekaan dan konseptual dalam menciptakan karya foto

 

Topik 3 : Pengenalan Teknik Dasar

Literture Review Jurnal 3

Penulis  : Malik Fathurrohman

Judul  : SENI FOTOGRAFI SEBAGAI EKSPRESI BARU BUDAYA

Halaman  : 1-7

 

Teori :

Pada pertama kali penemuannya, fotografi lebih banyak digunakan sebagai alat untuk membantu melukis karena dengan kemampuan reproduksi imaji dan presisi yang tinggi menjadikan para pelukis tertarik untuk menggunakannya. Pro dan kontra secara terus menerus muncul dalam perkembangan fotografi di dunia seni visual. Sebagai media yang dapat terbilang baru, saat itu kehadiran fotografi di dunia ini dianggap bisa mengakhiri masa kejayaan seni lukis yang sudah terlebih dahulu muncul.

Sebagai seni visual, fotografi berkembang melalui banyaknya dorongan para penggunanya yang menggunakan medium fotografi dengan kesadaran yang melampaui akan fungsi reproduksi fotografi semata. Fotografi terus berk kembang dengan keunikan dan kekhasannya.  Fotografi mengo laborasikan berbagai aspek pendukung dalam penciptaannya. Mekanikal kamera, kemampuan teknis penggunaan kamera, dan kemampuan mengolah ide, semuanya merupakan bagian dari komposisi kreativi tas dalam penciptaan karya fotografi.

Dalam dunia fotografi ada istilah fotografer, yaitu orang yang melakukan eksekusi dalam komposisi mekanis agar cahaya dapat terekam secara baik dalam media kamera. Fotografer harus mampu menampilkan daya tarik, atau mengelola objek visual biasa hingga tampil dengan daya tarik khusus (ekspresi, suasana atau susunan artistik). Selanjutnya, fotografer harus mampu menempatkan objek pusat pandang. Hal ini mencakup bagaimana memilih objek, apakah objek yang dipilih cukup menarik, unik, dan apakah objek tampil dengan daya tarik yang istimewa, ekspresif atau sekadar rekaman ilustrasi atau dokumentasi.


Metode :

Teknik Seleksi DataProses seleksi data diperlukan agar lebih fokus pada pokok permasalahan serta nantinya penelitian dapat berjalan dengan  lebih  efektif  dan  efisien.  Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya akan  diseleksi  berdasarkan  materi pembahasan sehingga didapatkan hasil penelitian  yang  optimal.  Reduksi  data dilakukan berdasarkan relevansi kajian karya  foto  Sebastiao  Salgado  dengan aspek-aspek yang melingkupinya.

Teknik  Sampling Banyaknya populasi dalam peneliti-an  ini  menyulitkan  identifikasi  untuk menentukan  jumlah  sampel.  Hal  ini menjadi  dasar  pertimbangan  untuk menggunakan  teknik  testing Comfort Inspecting.

 

Hasil :

Seni adalah ekspresi dari pengalaman-pengalaman yang terpilih dari serangkaian peristiwa, dari simbol gerakan ritmis hingga gambar realis dan abstrak. Fotografi awalnya hanya sebagai dokumentasi, namun kini mampu mengekspresikan visual artistik para pelaku seni pertunjukan dan memberi nilai tambah pada kebudayaan melalui realisme fotonya. Fotografi menjadi media yang cepat dan dinamis dalam mengekspresikan luapan emosi seni, menjawab tantangan kebudayaan yang progresif. Dalam perkembangan teknologi saat ini, seni yang mengikuti kemajuan zamannya adalah seni yang terbuka terhadap perkembangan teknologi. Fotografi memungkinkan dokumentasi dinamika kebudayaan dengan tepat tanpa kehilangan realitas, membuat momen tersebut abadi dalam waktu.

 

Daftar Pustaka

Agnes, Paulina Gunawan. (2010). pengenalan Teknik Dasar Fotografi. Palmerah. Jakarta Barat.

Malik, Fathurrahman. (2009). Seni Fotografi Sebagai Ekspresi Baru Budaya. Cibiru, Universitas Pendidikan Indonesia.

Prayanto, Widya Harsanto. (2017). Fotografi  Dalam Desain Komunikasi Visual. FSR Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Lagu Hati-Hati Di jalan Karya Tulus

  Analisis Semiotika Roland Barthes Pada Lagu Hati-Hati Di jalan Karya Tulus Pendahuluan Berikut adalah tautan pembahasan mengenai Pen...