1. Penulis
Jurnal :
Eka Titi Andaryani
Judul
Jurnal :
PENGARUH MUSIK DALAM MENINGKATKAN MOOD BOOSTER MAHASISWA
Halaman
Jurnal :
1- 7
Tujuan
Musik
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia dan dapat memberikan kekuatan
mentalitas yang baik bagi pendengarnya. Orang yang mendengarkan musik akan
memiliki mental yang kuat, emosi yang tenang, hidup lebih nyaman dan santai,
serta menjadikan hidup mereka lebih percaya diri dengan berkembangnya
intelektual serta pengetahuan bagi mereka. Musik juga dapat mempengaruhi
penurunan depresi pada mahasiswa. Hal ini dibuktikan oleh Lerik &
Prawitasari (2005) yang meneliti sekelompok mahasiswa yang mengalami depresi.
Hasilnya, musik sebagai media terapi mampu menurunkan tingkat depresi setelah
pelaksanaan satu bulan. Musik yang dipakai pun dalam menurunkan gangguan
neurotik, salah satunya kecemasan, dapat bermacam-macam. Musik yang dapat
memberikan ketenangan dan kedamaian adalah musik dengan tempo yang lebih lambat
(Rachmawati, 2005).
Metode
Musik
memiliki banyak manfaat bagi kesehatan manusia dan dapat memberikan kekuatan
mentalitas yang baik bagi pendengarnya. Orang yang mendengarkan musik akan
memiliki mental yang kuat, emosi yang tenang, hidup lebih nyaman dan santai,
serta menjadikan hidup mereka lebih percaya diri dengan berkembangnya
intelektual serta pengetahuan bagi mereka. Musik akan bermanfaat bagi siapa
saja yang mendengarkannya, entah itu anak-anak, orang dewasa, maupun orang tua.
Bahkan dalam proses perkembangan janin dan bayi, musik juga sangat bermanfaat
bagi mereka. Seseorang yang gemar dan hobi mendengarkan musik akan mendapatkan
manfaat yang luar biasa, baik secara fisik maupun psikologis. Musik sendiri
merupakan salah satu seni yang melukiskan pemikiran dan perasaan manusia lewat
keindahan suara dengan konsep dan teknik tertentu. Di dalam bukunya,
"Great Book About Music," Al-Farabi mengatakan bahwa musik membuat
rasa tenang/nyaman, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan
spiritual, dan menyembuhkan gangguan psikosomatik.
Hasil
Penelittian
Mood
booster adalah sesuatu yang dapat mengubah suasana hati atau kondisi perasaan
seseorang untuk menjadi lebih bersemangat dalam mengerjakan sesuatu. Mood
booster dapat berupa apa saja, baik benda maupun makhluk hidup. Mood booster
berupa benda misalnya buku, alat musik, gadget, dan lainnya. Ada seseorang yang
berubah menjadi lebih bersemangat setelah membaca buku favoritnya, ada juga
yang merasa lebih baik ketika memainkan alat musik kesukaannya seperti gitar,
piano, biola, dan sebagainya.
Kedua,
mood booster berupa makhluk hidup seperti seseorang yang menjadi lebih
bersemangat ketika menghabiskan waktu bersama hewan kesayangannya, seperti
kucing, anjing, atau kelinci. Selain hewan, mood booster yang sangat ampuh
adalah perhatian dari seseorang yang dicintai. Seseorang cenderung akan lebih
bersemangat ketika mendapat dukungan atau dorongan dari orang yang ia sayangi.
Perhatian ini bisa berasal dari keluarga, teman, atau kekasih hati. Semangat
yang diberikan oleh orang-orang ini akan lebih cepat mengembalikan mood orang
yang sedang lelah, baik hati maupun pikiran.
Selain
kedua hal di atas, musik dapat menjadi mood booster bagi orang yang sedang
mengalami stres atau depresi. Terbukti dengan adanya terapi musik yang sudah
mulai dilakukan. Musik yang dimaksud tidak hanya musik yang bersumber dari
permainan alat musik, tetapi juga suara manusia yang merupakan alat paling
ampuh untuk mengubah kepedihan dan rasa sakit dalam diri seseorang (Efek Mozart
2001:195).
Dalam
pikiran seseorang, ada satu kekuatan yang disebut kekuatan pembayangan atau
imaji. Musik meningkatkan kekuatan pembayangan, melipatgandakan dampak fisik,
mental, dan spiritual. Musik dapat menciptakan imaji, menangkap imaji ke dalam
jaringannya, dan mengkaitnya agar dapat dianalisis dalam sekejap serta
dipanggil kembali (Efek Mozart 2001:195).
Memainkan
musik ataupun aktivitas lain yang berhubungan dengan musik seperti mendengarkan
lagu-lagu atau bernyanyi dapat menurunkan tingkat depresi atau stres. Menurut
Gray & Smeltzer (1990) dalam Agoes (2003), stres adalah munculnya reaksi
psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas dan yang disebabkan
ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau keduanya.
Salah
satu tanda stres adalah mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur,
mudah bingung dan lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah,
serta gugup. Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam
penelitiannya menyatakan tahapan-tahapan stres. Beliau mengatakan bahwa stres
dibagi menjadi enam tahap. Mahasiswa umumnya mengalami stres tahap I, yaitu
tahap stres yang paling ringan. Tahap ini ditandai dengan perasaan semangat
bekerja yang besar dan berlebihan, penglihatan tajam tidak sebagaimana
biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa
disadari cadangan energi dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
Stres
ringan ini adalah stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur, biasanya
dirasakan oleh setiap orang, misalnya: lupa, kebanyakan tidur, kemacetan,
dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau
beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi
terus menerus.
Depresi
atau stres ringan yang umum dialami oleh mahasiswa juga diakibatkan karena
kondisi perasaan yang labil. Menurut Max Scheber (dalam Rifa’i dan Anni,
2012:54), definisi perasaan dibagi menjadi empat:
Perasaan
Penginderaan yakni berkaitan dengan panca indera
Perasaan
Vital yaitu perasaan yang berkaitan dengan kondisi jasmani
Perasaan
Psikis yaitu perasaan yang menyebabkan perubahan psikis
Perasaan
Pribadi yaitu perasaan yang dialami oleh seseorang secara pribadi
Dalam
hal ini, definisi perasaan yang berhubungan dengan depresi atau stres adalah
perasaan yang bersumber dari perasaan secara psikis. Perasaan secara psikis
menyebabkan perubahan psikis, misalnya perasaan senang, perasaan sedih,
perasaan marah, dan lain sebagainya. Berkaitan dengan perasaan secara psikis,
hal ini juga berkaitan dengan apa yang dinamakan emosi.
Kajian
tentang emosi dalam sudut pandang terapi adalah stimulus atau respon yang
mengaktifkan berbagai perasaan. Berdasarkan penelitian neurosains, separuh dari
otak manusia memiliki tugas untuk memproses berbagai aspek dari pengalaman
musikal. Lalu bagaimana musik dapat berpengaruh terhadap perasaan yang
menyebabkan depresi?
Beberapa
rekomendasi lagu yang dapat digunakan sebagai mood booster di pagi hari agar
lebih semangat dalam menjalankan kegiatan sehari-hari:
1.
Problem – Ariana Grande ft. Iggy Azalea
2.
Ain’t No Mountain High Enough – Marvin Gaye & Tammi Terrell
3.
Get Up, Stand Up – Bob Marley
4.
Money On My Mind – Sam Smith
5.
Latch – Disclosure ft. Sam Smith
6.
Something Special – Colbie Caillat
7.
On Top of The World – Imagine Dragons
Selain
lagu-lagu berbahasa Inggris di atas, lagu Indonesia juga tidak kalah membuat
kita lebih semangat menjalani hari, seperti lagu berikut:
1.Laskar
Pelangi – Nidji
2.Jangan
Menyerah – D' Masiv
3.Ini
Waktunya – Ballads of The Cliche
4.Selamat
Pagi – RAN
Untuk
memperbaiki mood di pagi hari, kita juga dapat mendengarkan lagu-lagu favorit
kita. Lagu favorit biasanya lebih mampu mengubah perasaan kita dari yang kurang
bersemangat menjadi lebih bersemangat. Lagu favorit juga dapat didengarkan
sesuai dengan keinginan dan pada waktu yang diinginkan pula.
Secara
tidak sadar maupun sadar, lagu-lagu atau musik sangat memengaruhi kondisi
pikiran dan perasaan seseorang. Lagu terdiri atas musik pengiring dan lirik
lagu, keduanya dapat memengaruhi mood dan pikiran seseorang. Ketika lagu berisi
lirik kata-kata yang membuat semangat seperti “Let it go ... Let it go ...”
atau “Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia”, lirik lagu-lagu di atas
dapat menimbulkan motivasi tersendiri bagi pendengarnya. Begitu pula dengan
lirik lagu yang membuat perasaan menjadi sendu, biasanya lagu-lagu mellow dapat
membuat pikiran dan perasaan pendengarnya seperti merasakan apa yang ada dalam
lagu tersebut. Lirik lagu dapat memberikan sugesti positif kepada pendengarnya
maupun sugesti negatif.
Selain
lirik, iringan lagu juga dapat menyebabkan perubahan pada kondisi pikiran dan
perasaan seseorang. Lagu dengan tempo lambat biasanya akan membuat pendengarnya
terharu bahkan sedih. Sedangkan lagu-lagu yang dibilang nge-beat sebagian besar
dapat mengubah mood seseorang menjadi lebih bersemangat. Begitulah musik dapat
memengaruhi mood dan menjadi mood booster atau penyemangat bagi seseorang.
Kesimpulan
Ada
banyak hal yang membuat manusia, khususnya mahasiswa, menjadi depresi, karena
kita tahu bahwa yang namanya hidup pasti ada masalah. Masalah akan memengaruhi
jiwa dan kondisi emosional seseorang yang mengalaminya. Ketika seseorang tidak
bisa meredam diri terhadap permasalahan yang dia alami, maka akan terjadi
ledakan emosi yang dapat menyebabkan depresi tinggi atau stres.
Berdasarkan
beberapa studi, musik terbukti dapat memengaruhi pikiran dan perasaan manusia.
Musik dapat memberikan energi-energi positif ketika kita sedang dilanda
kepenatan dalam menghadapi suatu permasalahan. Musik dapat dijadikan mood
booster saat jenuh, baik dengan mendengarkan dan menikmati musik saja ataupun
memainkan alat musik dan bernyanyi secara langsung. Keduanya mampu mengubah
kondisi pikiran dan perasaan yang sedang dialami.
2. Penulis
Jurnal :
Ramadhani Dwi Fitri
Judul
Jurnal :
PENGARUH MUSIK TERHADAP MOOD DAN EMOSI PERAN MUSIK DALAM KESEHATAN MENTAL
Halaman
Jurnal :
1- 14
Tujuan
Pengaruh
musik terhadap mood dan emosi telah menjadi subjek penelitian yang menarik
dalam psikologi dan ilmu musik. Musik memiliki kemampuan unik untuk memengaruhi
suasana hati dan emosi seseorang, baik secara positif maupun negatif.
Penelitian telah menunjukkan bahwa musik dapat memicu perubahan dalam mood
individu, meningkatkan perasaan positif seperti kebahagiaan, ketenangan, atau
kegembiraan, serta mengurangi tingkat stres dan kecemasan.
Karakteristik
musik, seperti tempo, melodi, harmoni, dan lirik, dapat berkontribusi pada
efeknya terhadap mood dan emosi seseorang. Musik yang lambat dan tenang
cenderung menenangkan, sementara musik dengan tempo cepat dan ritme yang kuat
dapat meningkatkan energi dan kegembiraan. Selain itu, lirik musik juga dapat
memiliki pengaruh signifikan terhadap interpretasi dan emosi yang dipicu oleh
lagu tersebut.
Penting
untuk dicatat bahwa respons terhadap musik bersifat individual dan dipengaruhi
oleh preferensi pribadi, pengalaman hidup, dan konteks budaya. Musik juga dapat
digunakan sebagai alat terapi untuk mengelola emosi dan meningkatkan kesehatan
mental. Terapi musik telah terbukti efektif dalam mengurangi gejala depresi,
kecemasan, dan stres, serta membantu individu dalam mengatasi trauma dan
kesulitan emosional.
Namun
demikian, pengaruh musik juga dapat bervariasi tergantung pada keadaan
emosional individu saat mendengarkan musik. Musik yang dipilih saat sedang
sedih atau stres dapat memperkuat perasaan tersebut, sementara musik yang
dipilih saat senang atau tenang dapat meningkatkan perasaan positif. Oleh
karena itu, penting untuk memilih musik dengan bijaksana sesuai dengan keadaan
emosi yang diinginkan.
Meskipun
pengaruh musik terhadap mood dan emosi dapat sangat bermanfaat bagi kesehatan
mental, penting untuk memperhatikan potensi dampak negatifnya. Beberapa jenis
musik yang agresif atau melankolis dapat memicu perasaan negatif atau
meningkatkan tingkat kecemasan bagi beberapa individu. Oleh karena itu, penting
untuk mengenali reaksi individu terhadap jenis musik tertentu dan
menggunakannya dengan bijaksana.
Secara
keseluruhan, pengaruh musik terhadap mood dan emosi adalah area penelitian yang
menarik dan kompleks dalam psikologi. Memahami bagaimana musik memengaruhi
suasana hati dan emosi seseorang dapat membantu kita menggunakan musik secara
lebih efektif sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
emosional.
Metode
Metode
yang dapat digunakan untuk mempelajari pengaruh musik terhadap mood dan emosi
serta penerapannya dalam konteks kesehatan mental dapat meliputi beberapa
langkah sebagai berikut:
1.
Desain Penelitian: Langkah pertama adalah merancang penelitian yang sesuai
untuk menginvestigasi pengaruh musik terhadap mood dan emosi. Ini melibatkan
pemilihan sampel yang representatif, penggunaan instrumen yang valid dan
reliabel untuk mengukur variabel mood dan emosi, serta perencanaan kontrol
terhadap faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi hasil penelitian.
2.
Pemilihan Musik: Langkah selanjutnya adalah memilih jenis musik yang akan
digunakan dalam penelitian. Ini dapat mencakup berbagai genre musik, tempo, dan
karakteristik lainnya yang dapat mempengaruhi mood dan emosi individu. Penting
untuk memperhitungkan preferensi musik subjek penelitian serta konteks budaya
dan sosial mereka.
3.
Pengumpulan Data: Data mengenai mood dan emosi subjek penelitian dapat
dikumpulkan menggunakan berbagai metode, seperti kuesioner, wawancara, atau
observasi langsung. Selain itu, teknologi pemantauan fisiologis seperti deteksi
denyut jantung atau aktivitas otak juga dapat digunakan untuk mengukur respons
fisiologis terhadap musik.
4.
Analisis Data: Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis untuk mengevaluasi
pengaruh musik terhadap mood dan emosi subjek penelitian. Ini dapat melibatkan
penggunaan teknik statistik untuk mengidentifikasi pola-pola atau hubungan
antara jenis musik tertentu dan respons mood atau emosi.
5.
Interpretasi Hasil: Hasil analisis kemudian diinterpretasikan untuk memahami
dampak musik terhadap kesehatan mental. Ini melibatkan evaluasi terhadap efek
positif dan negatif dari jenis musik tertentu, serta identifikasi faktor-faktor
yang memoderasi atau mengubah respons individu terhadap musik.
6.
Penerapan Klinis: Temuan penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan
intervensi atau terapi musik yang dapat membantu individu mengelola mood dan
emosi mereka dengan lebih efektif. Ini dapat melibatkan penggunaan musik dalam
sesi terapi atau pelatihan keterampilan regulasi emosi, serta integrasi musik
dalam program-program perawatan kesehatan mental yang lebih luas.
7.
Evaluasi dan Revisi: Langkah terakhir adalah mengevaluasi efektivitas
intervensi atau terapi musik yang telah dikembangkan dan merevisi pendekatan
yang digunakan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Proses ini dapat melibatkan
pengumpulan umpan balik dari peserta atau profesional kesehatan mental yang
terlibat dalam implementasi intervensi tersebut.
Dengan
menggunakan metode ini, penelitian tentang pengaruh musik terhadap mood dan
emosi dapat memberikan wawasan yang berharga tentang potensi musik sebagai alat
untuk meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan individu.
Hasil
Penelitian
Penting
untuk memperhatikan "interaksi antara musik dan kondisi kesehatan
mental." Beberapa penelitian menunjukkan bahwa musik dapat memperbaiki
gejala kesehatan mental, seperti depresi atau kecemasan, sementara dalam kasus
lain, musik dapat menjadi sumber stres atau kecemasan yang lebih besar. Oleh
karena itu, penting untuk memahami bagaimana interaksi antara musik dan kondisi
kesehatan mental individu dapat mempengaruhi respons emosional mereka.
Selanjutnya, "kontrol diri" juga menjadi faktor penting dalam
pengaruh musik terhadap kesehatan mental. Kemampuan seseorang untuk mengontrol
respons emosional mereka terhadap musik dapat memengaruhi dampaknya terhadap
kesejahteraan mental mereka.
Kemampuan
untuk memilih musik yang sesuai dengan kebutuhan atau mengelola respons
emosional yang muncul dapat membantu individu merasa lebih seimbang secara
emosional. "Peran musik dalam kesehatan mental" adalah konsep penting
yang perlu dipahami secara menyeluruh. Musik memiliki potensi untuk menjadi
alat yang kuat dalam meningkatkan kesejahteraan mental, tetapi juga dapat
menjadi sumber stres atau kecemasan. Oleh karena itu, penting untuk
memperhatikan bagaimana musik digunakan dan diintegrasikan dalam praktik
kesehatan mental secara keseluruhan.
Kesimpulan
Secara
keseluruhan, pengaruh musik terhadap kesehatan mental merupakan bidang
penelitian yang kompleks dan multifaset. Musik memiliki kemampuan unik untuk
memengaruhi suasana hati, memicu respons emosional, dan memberikan kenyamanan
atau dukungan dalam situasi yang menantang. Namun, pengaruh musik tidak selalu
bersifat positif, dan efeknya dapat bervariasi tergantung pada preferensi
individu, konteks sosial, dan kondisi kesehatan mental seseorang. Dalam
kesimpulan, penting untuk memperhatikan konteks dan karakteristik individu
dalam penggunaan musik sebagai alat untuk memperbaiki kesehatan mental.
Terapi
musik, penggunaan musik yang terarah, dan pemahaman akan interaksi antara musik
dan kondisi kesehatan mental dapat membantu dalam meningkatkan efektivitas
intervensi dan perawatan yang berkaitan dengan musik. Selain itu, penting juga
untuk terus melakukan penelitian yang mendalam untuk lebih memahami mekanisme
dan implikasi pengaruh musik terhadap kesehatan mental agar dapat memberikan
manfaat yang optimal bagi individu yang membutuhkannya.
3. Penulis
Jurnal :
Rizky Febry Lubis
Judul
Jurnal :
STUDI PSIKOLOGIS TENTANG PENGARUH MUSIK TERHADAP MOOD DAN EMOSI
Halaman
Jurnal :
1- 11
Tujuan
Musik
memiliki kekuatan unik untuk memengaruhi mood dan emosi seseorang. Penelitian
psikologis ini bertujuan untuk memahami secara lebih mendalam bagaimana
berbagai elemen musik, seperti melodi, ritme, dan harmoni, dapat memicu respons
emosional pada tingkat individu. Metode penelitian eksperimental digunakan
untuk mengukur dampak musik terhadap mood dan emosi peserta. Penelitian ini
melibatkan serangkaian eksperimen di mana peserta didorong untuk mendengarkan
berbagai jenis musik dengan karakteristik yang berbeda. Melalui pengumpulan
data subjektif dan objektif, seperti kuesioner dan pengukuran aktivitas otak,
penelitian ini mencoba mengidentifikasi pola korelasi antara jenis musik
tertentu dan perubahan mood atau respons emosional yang dihasilkan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa musik memiliki potensi signifikan untuk memodulasi
perasaan dan emosi seseorang. Faktor seperti tempo, tonalitas, dan lirik dapat
berperan dalam menghasilkan pengaruh yang berbeda pada mood dan emosi. Selain
itu, variabilitas individual dalam preferensi musik juga memainkan peran
penting dalam menentukan respons emosional. Penelitian ini memberikan wawasan
lebih lanjut tentang aplikasi potensial musik dalam konteks psikologis, seperti
penggunaannya dalam terapi emosional dan manajemen stres. Implikasi praktis
dari temuan ini dapat membantu pengembangan pendekatan yang lebih terarah dalam
menggunakan musik sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan emosional dan
mental individu.
Metode
Metode
penelitian yang cermat dan terstruktur merupakan landasan kritis untuk menggali
lebih dalam tentang kompleksitas pengaruh musik terhadap mood dan emosi. Dalam
upaya untuk merinci pengaruh variabel musik yang berkaitan dengan melodi,
ritme, dan tonalitas, penelitian ini menerapkan desain eksperimental yang
memadukan kelompok eksperimental dan kontrol. Pendekatan ini memungkinkan kita
untuk mengevaluasi secara objektif perubahan mood dan emosi seiring waktu,
memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang korelasi antara jenis musik dan
respons psikologis.
Dalam
pemilihan partisipan, perhatian khusus diberikan untuk memastikan representasi
yang beragam dalam sampel, mencakup preferensi musik dan latar belakang
demografis. Setiap kelompok eksperimental akan dihadapkan pada stimulus musik
tertentu, yang dipilih dengan hati-hati untuk mencakup keragaman elemen musik
yang relevan. Pengukuran mood dan emosi sebelum dan sesudah sesi mendengarkan
musik, baik melalui kuesioner subjektif maupun pengukuran objektif, akan
memberikan pemahaman holistik tentang respons psikologis terhadap musik.
Data
yang dikumpulkan akan mengalami analisis statistik yang cermat untuk
mengeksplorasi perbedaan signifikan antara kelompok eksperimental dan kontrol.
Faktor variabilitas individual dan preferensi musik akan diperhitungkan dalam
interpretasi hasil, memungkinkan kita untuk membentuk pemahaman yang lebih kaya
dan kontekstual tentang bagaimana musik memengaruhi mood dan emosi individu.
Dengan pendekatan ini, penelitian ini bertujuan memberikan kontribusi yang
berharga dalam pemahaman psikologis terhadap peran musik dalam membentuk
pengalaman emosional manusia.
Hasil
Penelitian
hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa musik tidak hanya memengaruhi mood dan emosi
secara umum, tetapi juga dapat memberikan efek yang berbeda-beda pada individu
berdasarkan preferensi musik mereka. Faktor seperti tempo yang cepat atau
lambat, harmoni yang kompleks atau sederhana, dan lirik yang bersifat positif
atau melankolis, semuanya memiliki dampak unik terhadap respons emosional. Hal
ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan preferensi musik individu dalam
pengembangan intervensi atau terapi berbasis musik.
Dalam
konteks terapi emosional, temuan ini memberikan dasar untuk mendukung
pengembangan pendekatan yang disesuaikan secara personal. Terapis dapat
mengintegrasikan pemahaman tentang preferensi musik dan karakteristik musik
yang paling efektif dalam membantu klien mengelola emosi mereka. Selain itu,
penerapan hasil penelitian ini dapat membantu mengembangkan program terapi
musik yang lebih presisi, termasuk playlist khusus yang dapat digunakan dalam
konteks terapeutik.
Namun,
perlu diakui bahwa pengaruh musik terhadap mood dan emosi bersifat kompleks dan
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor kontekstual. Oleh karena itu, penelitian
lebih lanjut mungkin perlu mengeksplorasi variabel tambahan, seperti lingkungan
mendengarkan, keadaan emosional awal individu, dan interaksi sosial yang
mungkin memperkuat atau memodulasi efek musik.
Secara
keseluruhan, penelitian ini tidak hanya memberikan pemahaman lebih mendalam
tentang korelasi antara musik dan psikologi, tetapi juga membuka pintu untuk
pengembangan intervensi yang lebih terarah dan kontekstual dalam mendukung
kesejahteraan emosional individu. Dengan terus menggali aspek-aspek ini, kita
dapat memperkaya pandangan kita tentang peran musik dalam membentuk pengalaman
dan respons emosional manusia.
Kesimpulan
Dalam
mengakhiri penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa musik bukan hanya sekadar
bentuk seni yang dinikmati secara estetis, tetapi juga merupakan alat yang kuat
dalam mengelola dan memoderasi keadaan emosional. Temuan penelitian ini
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang kompleksitas respons emosional
individu terhadap musik, menekankan pentingnya mempertimbangkan faktor
variabilitas individual dan preferensi musik dalam pendekatan terapeutik.
Penerapan
hasil penelitian ini dalam konteks terapi emosional dan manajemen stres dapat
membuka peluang baru untuk pengembangan intervensi yang lebih efektif dan
terpersonal. Terapis dapat memanfaatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang
jenis musik yang paling memengaruhi klien secara positif, menciptakan
pengalaman musik yang lebih terarah dan relevan dengan kebutuhan emosional
individu.
Meskipun
demikian, penelitian ini juga menggarisbawahi kompleksitas hubungan antara
musik dan emosi, mengingat pengaruh yang dapat dipengaruhi oleh konteks dan
variabel tambahan. Oleh karena itu, penelitian mendatang dapat mengeksplorasi
lebih lanjut faktor-faktor tersebut untuk menyempurnakan pemahaman kita
terhadap dinamika musik dalam merangsang perubahan emosional.
Keseluruhan,
penelitian ini tidak hanya memberikan sumbangan penting dalam literatur
psikologi, tetapi juga menghadirkan potensi praktis dalam meningkatkan
kesejahteraan emosional individu melalui pemanfaatan musik secara lebih terarah
dan kontekstual. Dengan melanjutkan eksplorasi ini, kita dapat terus memperkaya
pengetahuan kita tentang peran unik musik dalam memodulasi dan merangsang
pengalaman emosional manusia.
4. Penulis
Jurnal :
Lailatul Izzah, Rahmawati, Hilyatul Humairoh
Judul
Jurnal :
PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK TERHADAP MOOD BELAJAR PADA MAHASISWA MANAJEMEN
DAKWAH UIN SUSKA RIAU
Halaman
Jurnal :
1- 6
Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mood belajar mahasiswa dan juga
untuk mengetahui pengaruh musik terhadap mood belajar mahasiswa semester III
Manajemen Dakwah UIN Suska T.A. 2019/2020 di Pekanbaru. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian survey lapangan dengan menggunakan
angket, wawancara, dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
teknik deskriptif. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 36 mahasiswa
semester III Manajemen Dakwah UIN Suska Riau pada tahun ajaran 2019/2020 yang
mood belajarnya tergolong rendah.
Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini mencakup penggunaan angket mood belajar,
wawancara, observasi, dan dokumentasi sebagai teknik pendukung. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa 75% mahasiswa mendengarkan musik saat belajar atau
mengerjakan tugas kuliah, sedangkan 25% mendengarkan musik saat waktu luang di
luar perkuliahan. Sebanyak 80% mahasiswa yang mendengarkan musik memiliki
alasan yang sama, yaitu untuk menghindari kebosanan saat belajar, karena mereka
hobi mendengarkan musik, dan untuk meningkatkan kreativitas berpikir serta
memperkaya kosakata.
Sementara
itu, 13,3% mahasiswa yang mendengarkan musik saat belajar mengaku bahwa musik
membuat mereka merasa tenang. Ada juga sebagian mahasiswa yang mendengarkan
musik saat belajar dengan alasan agar materi yang dipelajari lebih mudah
diingat, dapat mengurangi rasa gugup, dan menyukai penyanyinya. Sebanyak 80%
mahasiswa yang mendengarkan musik saat belajar cenderung mendengarkan jenis
musik yang memiliki lirik, seperti pop dan k-pop.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode survei dengan menggambarkan situasi lapangan, melakukan
wawancara, dan observasi sebagai data pendukung. Penelitian dilaksanakan di UIN
Suska Riau pada mahasiswa Manajemen Dakwah semester III Tahun Ajaran 2019/2020.
Populasi penelitian mencakup semua mahasiswa semester III, sedangkan sampel
yang diambil terdiri dari 36 mahasiswa dari kelas IIIA, IIIB, IIIC, IIID, dan
IIIE, dengan tujuh mahasiswa diambil dari setiap kelas.
Pengumpulan
data dilakukan melalui penyebaran angket dengan menggunakan formulir online.
Angket diisi oleh sebagian mahasiswa semester III Manajemen Dakwah yang menjadi
sampel penelitian. Pertanyaan dalam angket berkaitan dengan pengaruh musik
terhadap mood belajar mahasiswa. Pengisian angket dilakukan secara jujur oleh
sampel. Penyebaran angket dimulai pada bulan Oktober 2019. Selanjutnya,
peneliti melakukan wawancara lanjutan untuk mendapatkan data yang lebih
mendalam.
Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif,
yang digunakan untuk mendeskripsikan data dan teori yang diperoleh oleh
peneliti.
Hasil
Penelitian
Berdasarkan
angket yang disebarkan melalui Google Formulir kepada 36 mahasiswa semester
III, ditemukan bahwa 75% mahasiswa mendengarkan musik saat belajar atau
mengerjakan tugas kuliah, sementara 25% mendengarkan musik saat waktu kosong
perkuliahan. Sebanyak 80% mahasiswa memiliki alasan yang sama untuk
mendengarkan musik saat belajar, seperti menghindari kebosanan, meningkatkan
kreativitas, dan menambah kosa kata. Sedangkan 13,3% mahasiswa merasa musik
membuat mereka tenang, dan sisanya merasa musik memudahkan mereka mengingat
materi dan menghilangkan rasa gugup. Mayoritas (80%) mahasiswa mendengarkan
musik berlirik (pop dan k-pop) saat belajar, sementara 20% lainnya mendengarkan
musik instrumental.
Hasil
wawancara lanjutan menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendengarkan musik pop
merasakan suasana yang santai dan tidak terlalu cepat, sehingga membantu
menjaga fokus dan konsentrasi saat belajar. Mahasiswa yang mendengarkan musik
instrumental merasa terbantu dalam menemukan ide-ide baru saat mengerjakan
tugas kuliah.
Dampak
mendengarkan musik bagi mahasiswa memiliki sisi positif dan negatif. Sebagian
besar (70%) merasakan dampak positif, seperti munculnya ide-ide baru, perasaan
tenang, dan penghilangan stres. Namun, sebagian kecil (30%) merasakan dampak
negatif, seperti ketergantungan pada musik dan hilangnya fokus dalam belajar.
Studi
lain menunjukkan bahwa musik dapat memengaruhi mood seseorang, meningkatkan
keadaan emosional, dan membantu menghilangkan suasana hati yang buruk. Jenis
musik yang digunakan dalam proses pembelajaran tidak harus selalu pop; musik
klasik juga bisa menjadi pilihan yang baik pada tahap awal.
Kesimpulan
Musik
dinilai memiliki dampak positif dalam membantu pemulihan mood saat belajar
karena mampu memengaruhi suasana hati. Pengaruh musik pada diri kita meliputi:
mencegah kebosanan, meningkatkan kreativitas berpikir, menambah kosa kata,
menciptakan rasa rileks dan tenang, memudahkan pembelajaran diingat, serta
menghilangkan rasa gugup dan stres. Musik yang umumnya didengarkan saat belajar
adalah musik berlirik seperti Pop dan K-Pop, yang dapat mendukung proses
belajar mahasiswa.
Kebiasaan
mendengarkan musik saat belajar dapat memiliki dampak baik atau buruk pada pola
belajar mahasiswa, tergantung pada kemampuan mereka mengontrol diri. Mayoritas
dampak yang dirasakan saat mendengarkan musik saat belajar cenderung positif,
karena musik dapat merangsang proses berpikir otak dan memengaruhi mood secara
positif.
Saran
untuk pihak terkait adalah: (1) mahasiswa disarankan untuk mendengarkan musik
tanpa lirik (instrumental) terlebih dahulu sebelum mendengarkan musik berlirik
seperti Pop, untuk menjaga stabilitas emosi saat belajar; (2) penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian eksperimen guna mendapatkan
pengaruh musik dan mood yang lebih signifikan. Selain itu, menetapkan sampel
penelitian dengan karakteristik yang lebih spesifik, seperti jenis kelamin dan
gaya belajar, juga disarankan.
5. Penulis
Jurnal :
Aghitsna Putri Taqiyya, Siti Safina Subhan, Dian Indriyani
Judul
Jurnal :
PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK TERHADAP MOOD BELAJAR MAHASISWA
Halaman
Jurnal :
1- 9
Tujuan
Musik
telah menjadi bagian integral dalam kehidupan manusia sejak zaman pertengahan
hingga saat ini. Penggunaan platform musik terus meningkat dari tahun ke tahun.
Salah satu faktor yang mendukung peningkatan ini adalah dampak dari pandemi
COVID-19. Peningkatan penggunaan platform musik sejalan dengan meningkatnya
kegiatan belajar dari rumah selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB), di mana mahasiswa cenderung belajar sambil mendengarkan musik.
Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi pengaruh mendengarkan musik
terhadap mood belajar mahasiswa, dengan sampel yang diambil dari 31 mahasiswa
Program Studi Manajemen SDM Aparatur Politeknik STIA LAN Jakarta angkatan 2022,
menggunakan metode purposive random sampling.
Instrumen
yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert yang telah diuji validitas,
reliabilitas, dan normalitas. Analisis data dilakukan menggunakan statistik
parametrik dengan bantuan perangkat lunak SPSS Versi 27.0. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa pengaruh mendengarkan musik terhadap mood mahasiswa sebesar
53,9%, sementara 46,1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. Mendengarkan
musik secara signifikan mempengaruhi mood belajar mahasiswa, di mana
peningkatan dalam aktivitas mendengarkan musik berhubungan positif dengan
peningkatan mood belajar.
Metode
Penelitian
ini difokuskan pada seluruh mahasiswa Manajemen SDM Aparatur Politeknik STIA
LAN Jakarta angkatan 2022. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk
memilih 31 mahasiswa sebagai sampel, dengan mempertimbangkan karakteristik dan
sifat populasi (Winarsunu, 2009). Metode penelitian yang diadopsi adalah
kuesioner melalui pendekatan kuantitatif. Kuesioner disusun sesuai dengan
sasaran penelitian, yaitu mahasiswa program studi Manajemen SDM Aparatur
angkatan 2022 Politeknik STIA LAN Jakarta. Pernyataan yang terdapat dalam
kuesioner merujuk pada judul penelitian dan dimensi masing-masing variabel.
Alat utama yang digunakan adalah kuesioner dengan skala Likert berjumlah 4
tingkat pengukuran, yaitu "sangat setuju" (bobot 1), "setuju"
(bobot 2), "tidak setuju" (bobot 3), dan "sangat tidak
setuju" (bobot 4). Metode analisis data yang diterapkan adalah statistik
parametrik dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 27.0. Analisis data
meliputi uji validitas dan reliabilitas, uji normalitas, serta analisis regresi
linear sederhana.
Hasil
Penelitian
Pada
uji validitas, dalam menentukan validitas instrument kuesioner ditentukan dalam
Corrected Item-Total Correlation dengan acuan nilai Rhitung > dari nilai
Rtabel. Terdapat rumus dalam menentukan nya,yakni; df = N-2. Nilai df diperoleh
dengan rumus df = n -2, dimana n= jumlah kasus/sampel. Untuk n adalah 31, maka
df = 29. Selanjutnya, untuk df 29 dan sig. 0,05 diperoleh r table = 0,355046.
Dengan demikian, hasil pearson correlation pada masing-masing isntrument tidak
boleh lebih kecil dari hasil yang sudah ditentukan.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengujian regresi linear sederhana terhadap pengaruh variabel
mendengarkan musik (X) terhadap mood belajar mahasiswa (Y), diperoleh beberapa
temuan signifikan yang mengindikasikan adanya pengaruh yang cukup kuat antara
kedua variabel tersebut.
Pertama,
nilai signifikansi (sig.) yang diperoleh adalah < 0,001, yang berarti lebih
kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol (H0) ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima. Dengan kata lain, terdapat pengaruh yang
signifikan antara mendengarkan musik terhadap mood belajar mahasiswa.
Kedua,
nilai t hitung yang diperoleh adalah 5,820, yang lebih besar dari nilai t tabel
sebesar 2,04523. Ini menguatkan penolakan terhadap hipotesis nol (H0) dan
penerimaan hipotesis alternatif (Ha), yang berarti mendengarkan musik memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap mood belajar mahasiswa.
Ketiga,
nilai R Square yang diperoleh sebesar 0,539 mengindikasikan bahwa 53,9%
variabilitas mood belajar mahasiswa dapat dijelaskan oleh variabel mendengarkan
musik. Sisanya, yaitu 46,1%, dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk
dalam model ini.
Terakhir,
persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 5,675 + 1,029X. Ini berarti bahwa
setiap peningkatan 1 unit dalam variabel mendengarkan musik akan menyebabkan
peningkatan sebesar 1,029 unit dalam mood belajar mahasiswa. Jika tidak ada
mendengarkan musik (X = 0), maka mood belajar mahasiswa (Y) diprediksi sebesar
5,675.
6. Penulis
Jurnal :
Asima Sinta Marito
Judul
Jurnal :
PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI DAN KESEHATAN MENTAL MEMAHAMI KONEKSI MUSIKAL
Halaman
Jurnal :
1- 13
Tujuan
Pengaruh
musik terhadap emosi dan kesehatan mental telah menjadi topik penelitian yang
menarik perhatian dalam bidang psikologi dan neurosains. Studi-studi
menunjukkan bahwa musik memiliki kemampuan yang kuat untuk memengaruhi suasana
hati, mengubah mood, dan bahkan memperbaiki kesehatan mental seseorang. Artikel
ini menyajikan pemahaman yang mendalam tentang koneksi antara musik, emosi, dan
kesehatan mental. Kami menjelajahi berbagai mekanisme neurologis yang terlibat
dalam respons emosional terhadap musik dan bagaimana pengalaman musik dapat
memengaruhi kesejahteraan mental individu. Selain itu, kami mengeksplorasi
aplikasi musik dalam praktik klinis, termasuk terapi musik, sebagai alat yang
efektif dalam mengelola stres, depresi, dan gangguan mental lainnya. Penelitian
ini menyoroti pentingnya pemahaman koneksi musikal dalam konteks kesehatan
mental yang lebih luas dan implikasinya dalam praktik klinis dan pelayanan
kesehatan mental.
Metode
Dalam
menjalankan penelitian tentang pengaruh musik terhadap emosi dan kesehatan
mental, diperlukan suatu metode penelitian yang sistematis dan holistik. Metode
yang digunakan harus memungkinkan kita untuk menyelidiki hubungan antara musik,
emosi, dan kesehatan mental dengan cara yang komprehensif dan mendalam. Dengan
demikian, dalam artikel ini, kami akan menguraikan metode penelitian yang dapat
digunakan untuk mengeksplorasi koneksi musikal ini secara efektif.
1.
Penentuan Tujuan Penelitian: Tahap awal dalam metode penelitian ini adalah
menentukan tujuan penelitian yang jelas. Hal ini meliputi menentukan pertanyaan
penelitian yang spesifik dan tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini.
2.
Desain Penelitian: Setelah menentukan tujuan penelitian, langkah selanjutnya
adalah merancang desain penelitian yang sesuai. Ini bisa termasuk pemilihan
metode penelitian yang tepat, seperti penelitian eksperimental, penelitian
observasional, atau penelitian kualitatif.
3.
Pemilihan Sampel: Selanjutnya, kita perlu memilih sampel yang representatif
untuk penelitian ini. Hal ini melibatkan pemilihan partisipan yang mencerminkan
populasi yang ingin diteliti, serta mempertimbangkan kriteria inklusi dan
eksklusi yang relevan.
4.
Pengumpulan Data: Metode penelitian ini juga mencakup pengumpulan data yang
relevan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Ini bisa dilakukan melalui
berbagai teknik, seperti survei, wawancara, observasi, atau pengamatan
partisipan.
5.
Analisis Data: Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis
data dengan menggunakan metode statistik atau analisis kualitatif yang sesuai.
Tujuan analisis data adalah untuk menemukan pola atau hubungan yang signifikan
antara variabel-variabel yang diteliti.
6.
Interpretasi Hasil: Tahap terakhir dalam metode penelitian ini adalah
menginterpretasikan hasil analisis data. Hal ini melibatkan mengaitkan
temuan-temuan penelitian dengan teori yang ada dan membuat kesimpulan yang
dapat diandalkan berdasarkan bukti yang ada.
Dengan
menggunakan metode penelitian yang sistematis dan holistik, diharapkan
penelitian tentang pengaruh musik terhadap emosi dan kesehatan mental dapat
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang koneksi musikal ini. Hasil
penelitian ini dapat memiliki implikasi yang luas dalam pengembangan intervensi
klinis, pendidikan, dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan mental dan emosional individu. Dengan demikian, metode penelitian
ini merupakan langkah penting dalam menjelajahi kompleksitas musik dalam
konteks kesehatan mental manusia.
Hasil
Penelitian
Pengaruh
musik juga dapat dirasakan dalam konteks sosial dan budaya, di mana musik
sering menjadi bagian integral dari identitas budaya suatu kelompok atau
masyarakat. Musik memiliki kemampuan untuk menghubungkan orang-orang dari
berbagai latar belakang dan menyatukan mereka dalam pengalaman bersama yang
positif.
Namun
demikian, penting untuk diingat bahwa tidak semua jenis musik cocok atau
bermanfaat bagi setiap individu. Beberapa jenis musik mungkin memiliki efek
yang memicu kecemasan atau trauma, terutama jika terkait dengan pengalaman
negatif yang mendalam. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk memahami bagaimana faktor-faktor seperti preferensi musik, konteks
sosial, dan pengalaman hidup individu memengaruhi respons terhadap musik.
Selain
itu, dalam merancang intervensi atau program terapeutik yang menggunakan musik,
penting untuk mempertimbangkan aspek etis dan keamanan. Terapi musik harus
dilakukan oleh praktisi yang terlatih dan berpengalaman, dengan memperhatikan
kebutuhan dan preferensi individu serta menjaga privasi dan keamanan peserta.
Dengan
demikian, melalui penelitian lanjutan dan pendekatan yang holistik, kita dapat
memperdalam pemahaman tentang koneksi antara musik, emosi, dan kesehatan
mental. Hal ini dapat membuka pintu untuk pengembangan intervensi dan praktik
klinis yang lebih efektif dalam merawat kesejahteraan mental dan emosional
individu, serta mempromosikan kesejahteraan sosial yang lebih luas di
masyarakat.
Melalui
pendekatan yang komprehensif terhadap pengaruh musik terhadap kesehatan mental,
kita juga dapat memperluas pemahaman tentang bagaimana musik dapat menjadi alat
untuk membangun dan memperkuat koneksi sosial. Musik sering kali menjadi pusat
kegiatan sosial, baik dalam bentuk konser, festival, atau pertunjukan musik
komunitas. Hal ini menciptakan kesempatan bagi individu untuk bertemu,
berinteraksi, dan berbagi pengalaman bersama, yang dapat memiliki dampak
positif pada kesejahteraan mental mereka.
Namun,
dalam menjalankan kegiatan musik secara sosial, penting untuk memperhatikan
aspek inklusi dan keadilan. Upaya harus dilakukan untuk memastikan bahwa semua
orang memiliki akses dan kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan musik, tanpa
memandang latar belakang budaya, ekonomi, atau kemampuan fisik.
Selain
itu, melalui penggunaan musik dalam konteks pendidikan, kita juga dapat
memanfaatkan potensi musik untuk mempromosikan keterampilan sosial dan
emosional. Pelibatan dalam kegiatan musik, seperti belajar bermain alat musik
atau bernyanyi bersama, dapat membantu meningkatkan keterampilan komunikasi,
kerjasama, dan kepemimpinan.
Selanjutnya,
dalam menghadapi tantangan global seperti pandemi COVID-19, musik juga telah
membuktikan diri sebagai alat yang kuat untuk menyatukan dan menghibur
orang-orang di tengah krisis. Konser musik daring, pertunjukan virtual, dan
inisiatif musik daring lainnya telah memberikan kesempatan bagi individu untuk
tetap terhubung dan merasa terhibur di tengah isolasi sosial.
Namun,
dalam merancang dan mengimplementasikan intervensi atau program yang
menggunakan musik untuk tujuan tertentu, penting untuk memperhatikan kebutuhan
dan preferensi individu serta memastikan bahwa pendekatan yang diambil sesuai
dengan konteks budaya dan sosial mereka.
Dengan
demikian, melalui pemahaman yang lebih dalam tentang koneksi antara musik,
emosi, dan kesehatan mental, serta melalui pendekatan yang holistik dan
berempati, kita dapat memanfaatkan potensi besar musik untuk meningkatkan
kesejahteraan mental dan emosional individu, serta mempromosikan kesejahteraan
sosial yang lebih luas di masyarakat.
Kesimpulan
Secara
keseluruhan, kajian tentang pengaruh musik terhadap emosi dan kesehatan mental
menunjukkan bahwa musik memiliki peran yang signifikan dalam pengalaman manusia
dan kesejahteraan mental. Musik memiliki kemampuan unik untuk memengaruhi
suasana hati, memicu respons emosional, dan bahkan mempengaruhi kesejahteraan
mental seseorang melalui berbagai mekanisme neurologis dan psikologis.
Studi-studi
telah menyoroti beragam manfaat musik, mulai dari penggunaan musik dalam terapi
hingga peran musik dalam merangsang kreativitas, memperkuat koneksi sosial, dan
bahkan sebagai alat untuk mengatasi isolasi sosial dalam situasi krisis seperti
pandemi COVID-19.
Namun
demikian, penting untuk diingat bahwa pengaruh musik tidak selalu positif dan
dapat bervariasi tergantung pada konteks dan pengalaman individu. Beberapa
jenis musik mungkin memiliki efek yang tidak diinginkan pada kesehatan mental,
terutama jika digunakan secara tidak sehat atau disalahgunakan.
Oleh
karena itu, dalam mengaplikasikan musik dalam konteks klinis, pendidikan, atau
sosial, perlu dilakukan pendekatan yang individualis, holistik, dan berempati.
Penting untuk memperhatikan preferensi musik dan kebutuhan individu, serta
untuk mempertimbangkan konteks budaya dan sosial dalam merancang intervensi
atau program yang melibatkan musik.
Dengan
demikian, melalui penelitian lanjutan, pendekatan terapeutik yang inovatif, dan
pendidikan yang lebih luas tentang pentingnya musik dalam kesehatan mental,
kita dapat memanfaatkan potensi besar musik untuk menciptakan perubahan positif
dalam kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Kesimpulannya,
penggunaan musik dengan bijak dan sensitif dapat menjadi salah satu cara untuk
meningkatkan kesejahteraan mental dan emosional, serta mempromosikan
kesejahteraan sosial yang lebih luas.
7. Penulis
Jurnal :
Tasya Aulia Praditasari, Darmawati Ayu Indraswari, Yuriz Bakhtiar
Judul
Jurnal :
PENGARUH MENDENGARKAN MUSIK SAAT LARI TERHADAP MOOD MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
Halaman
Jurnal :
1- 14
Tujuan
Kurangnya
melakukan olahraga masih menjadi masalah kesehatan yang cukup penting di
masyarakat karena menjadi salah satu faktor risiko terjadinya penyakit kronik.
Salah satu alasan yang membuat masyarakat kurang melakukan olahraga adalah
kurangnya motivasi. Mendengarkan musik adalah salah satu alternatif yang dapat
meningkatkan motivasi berolahraga. Olahraga lari terbukti dapat meningkatkan
mood yang merupakan faktor penting dalam menunjang pembelajaran. Mahasiswa
kedokteran merupakan golongan yang rentan mengalami penurunan mood dikarenakan
tekanan yang dialami, yang akan berdampak pada performa terutama pada bidang
akademik. Pembahasan mengenai mendengarkan musik saat lari dan kaitannya dengan
mood pada mahasiswa kedokteran belum pernah diteliti sebelumnya.
Metode
Penelitian
menggunakan desain eksperimental pre- and post-test quasi nonequivalent group.
Subjek penelitian adalah 39 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak terdapat kriteria eksklusi.
Subjek penelitian terdiri atas tiga kelompok dengan jumlah 13 orang pada
masing-masing kelompok. Skor Total Mood Disturbance diukur menggunakan
kuesioner Profile of Mood States. Analisis statistik menggunakan uji t
berpasangan, uji One-Way ANOVA dan uji Post Hoc.
Hasil
Penelitian
Terdapat
peningkatan mood yang bermakna (p= 0,000) pada kelompok perlakuan lari dengan
mendengarkan musik dan kontrol serta peningkatan mood yang tidak bermakna pada
kelompok perlakuan lari (p= 0,059). Rerata dan simpangan baku selisih pretest
dan posttest skor Total Mood Disturbance pada kelompok perlakuan lari dengan
mendengarkan musik adalah 30.08±7.23, lari 7.38±4.53, dan kontrol 11.62±4.11.
Kesimpulan
Lari
intensitas sedang selama 30 menit dengan mendengarkan musik meningkatkan mood
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
8. Penulis
Jurnal :
Tirta Dimas Wahyu Negara, Angga Fitriyono
Judul
Jurnal :
Pengaruh Musik Dalam Mengembangkan Kreativitas Pada Mata Kuliah Pembelajaran
Seni Rupa di IAIN Ponorogo
Halaman
Jurnal :
1- 6
Tujuan
Musik
seringkali digunakan sebagai stimulan untuk menggugah aspek emosional
seseorang. Musik juga dapat membantu tubuh dan pikiran untuk saling bekerja
sama dalam melakukan sebuah pekerjaan. Dalam proses perkuliahan, mahasiswa IAIN
Ponorogo mendapatkan stimulan musik dengan genre yang berbeda untuk dapat
merasakan dampak dan perbedaannya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh
mana dampak yang diberikan oleh musik dalam upaya memberikan kenyamanan di
kelas. Adapun jenis musik yang dipilih, yaitu bergenre pop, rock, dan
instrumental. Penelitian ini menggunakan metode mixed method, yang
menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Metode
kuantitatif berfungsi sebagai eksplanatif, dengan teknis analisis data
menggunakan regresi linier sederhana menggunakan bantuan perangkat lunak IBM
SPSS V 24; data dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa: 1) Musik memberikan dampak yang signifikan ketika
berkarya seni, 2) Genre musik yang sesuai dengan selera mampu menambah mood
dalam beraktivitas, 3) Ketenangan batin berpengaruh pada penemuan ide kreatif.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa musik memberikan pengaruh yang
signifikan bagi seseorang untuk dapat menemukan kenyamanan dalam berkarya seni.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode mixed method berupa penggabungan metode (kuantitatif dan
kualitatif). Metode kuantitatif berfungsi sebagai eksplanatif dengan teknis
analisis data menggunakan regresi linier sederhana menggunakan bantuan software
IBM SPSS V 24. Data penelitian dikumpulkan melalui wawancara dan kuisioner,
sehingga hasil yang diterima berupa naskah deskriptif. Populasi pada penelitian
ini menggunakan mahasiswa Jurusan PIAUD dan Jurusan PGMI yang masing-masing
diambil satu kelas secara acak. Pada tahapan awal untuk mencari populasi dan
sampel digunakan rumus Slovin
sebagai
berikut ini;
n
= Sampel
N
= Populasi
d
= Perkiraan tingkat kesalahan, sehingga
data
yang diambil sebagai berikut;
n
= N/1+N(d)2 (1)
n
= 60/1+60(0,1)2
n
= 60/1,6n = 37,5 (dibulatkan menjadi 38 siswa)
Berdasarkan
data di atas, maka ditentukan banyaknya responden berjumlah 38 mahasiswa yang
terdiri dari mahasiswa Jurusan PIAUD dan Jurusan PGMI. Teknik pengambilan
sampelnya sendiri jenisnya Sampling Incidental, dengan artian data yang
diperoleh secara kebetulan ketika penelitian berlangsung melalui sebaran
kuesioner yang bersifat acak selama proses belajar mengajar berlangsung. Cara
untuk mengetahui setiap skor yang diberikan responden, maka rumus dibawah ini
dijadikan sebagai acuan.
P
= Angka presentase
f
= Frekuensi yang sedang dicari
presentasenya
n
= Jumlah frekuensi/banyaknya individu
P
= f/n x 100%
Selanjutnya,
cara untuk mengetahui bagaimana penilaian responden pada objek penelitian maka
ditentukan melalui rumus:
X
= [(S5xF) + (S4xF) + (S3xF) + (S2xF) + (S1xF)] (2)
N
X
= Skor rata-rata
(S5…S1)
= Skor pada skala 5 sampai 1
F
= Frekuensi jawaban
N
= Jumlah sampel yang diolah
(total frekuensi)
Skala
di atas adalah penggambaran
secara
ordinal dengan hanya memiliki analisa yang bersifat sederhana. Dalam artian,
skala di atas berfungsi untuk mengetahui objek yang diteliti baik atau sangat
baik. Selanjutnya untuk mengetahui skala yang cakupannya lebih luas, maka
diberlakukan skala interval guna mengetahui jarak antar titik yang berdekatan
dan konsisten dikaji dengan rumus berikut:
Skala
Interval = {a (m-n : b}
(3)
a
= Jumlah atribut
b
= Skor tertinggi
c
= Skor terendah
b
= Jumlah skala penilaian yang ingin
diterapkan,
Pada
penelitian kali ini, skala tertinggi ditentukan dengan angka 5 sedang skala
terendah dengan angka 1. Tahapan akhir guna mencari hubungan sebab akibat maka
peneliti menggunakan skala kausal dengan dua variabel. Variabel yang ditentukan
adalah (X) untuk mewakili musik dan variabel (Y) untuk mewakili kreativitas
(ragam) karya.
Hasil
Penelitian
Penerapan
musik dalam pembelajaran seni rupa dimulai dari pengamatan terhadap fenomena
saat proses belajar mengajar berlangsung. Bagi mahasiswa yang tidak memiliki
latar belakang seni, pengetahuan dan keterampilan seni mereka cenderung minim,
yang kemudian memengaruhi kepercayaan diri mereka dalam berkarya seni. Kondisi
ini diperparah oleh fakta bahwa tidak semua ruangan di IAIN Ponorogo dilengkapi
pendingin udara, yang dapat mempengaruhi suasana hati dan kenyamanan saat
proses perkuliahan. Oleh karena itu, musik dipilih sebagai stimulus untuk
menciptakan suasana yang nyaman di ruangan tersebut.
Beberapa
kutipan dari penelitian sebelumnya mendukung penggunaan musik sebagai alat
untuk mengatasi berbagai masalah. Musik dianggap membawa manfaat untuk
relaksasi psikologis, menghilangkan kejenuhan, memberikan hiburan, dan dapat
digunakan sebagai terapi untuk mengatasi berbagai kekurangan dalam aspek fisik,
emosi, kognitif, dan sosial.
Penerapan
musik dalam pembelajaran ini membagi jenis musik menjadi tiga kategori, yaitu
pop, rock, dan instrumental. Setiap jenis musik dipilih berdasarkan selera
mahasiswa dan karakteristiknya yang berbeda. Mahasiswa diminta untuk
menciptakan karya seni sederhana sambil mendengarkan musik dengan genre yang
ditentukan melalui earphone. Hasil wawancara dan kuesioner menunjukkan bahwa
genre musik memiliki pengaruh pada ketenangan batin, perubahan mood, dan
membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan. Mayoritas mahasiswa memilih
genre pop sebagai pemantik ide kreatif, diikuti oleh genre instrumental dan
rock.
Kesimpulan
Berdasarkan
data sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa musik memiliki dampak signifikan saat
berkarya seni. Penggunaan musik sebagai stimulus membuat mahasiswa merasa lebih
nyaman dan betah dalam kelas saat mengikuti pembelajaran seni rupa.
Selanjutnya, pemilihan genre musik yang sesuai dengan preferensi dapat
meningkatkan mood dalam beraktivitas. Hal ini terbukti dengan peningkatan
kepercayaan diri dan fokus mahasiswa dalam menerima materi kuliah.
Terakhir,
ketenangan batin berpengaruh pada penemuan ide kreatif, yang terlihat dari
karakteristik lebih kuat dalam karya mahasiswa. Dari hasil dan kesimpulan
tersebut, disarankan untuk memprioritaskan suasana hati yang baik dan
ketenangan batin saat melakukan kegiatan seni. Artikel ini diharapkan dapat
menjadi referensi bagi penulisan dan informasi yang berguna bagi masyarakat
umum terkait kegiatan seni.
9. Penulis
Jurnal :
Fika Wahyu Alaidah, Muh Ariffudin Islam
Judul
Jurnal :
DESAIN WEB REKOMENDASI MUSIK BERDASARKAN PENGELOMPOKAN MOOD SEBAGAI MEDIA
PENYEBARAN INFORMASI
Halaman
Jurnal :
1- 15
Tujuan
Di
zaman modern ini, platform musik menawarkan akses mudah ke berbagai jenis musik
dengan jumlah yang besar. Mereka gencar meningkatkan organisasi musik dan
kemampuan pencarian, memudahkan pengguna, terutama kalangan young adults
berusia 18 hingga 25 tahun, dalam mengeksplorasi musik baru. Sistem rekomendasi
menjadi sangat populer dan membantu pengguna dalam memilih musik sesuai dengan
berbagai mood. Namun, tidak semua platform musik menyediakan akses gratis.
Dengan minat yang meningkat terhadap sistem rekomendasi dan tren penggunaan
media digital yang efektif dan efisien dalam penyebaran informasi, terdapat
peluang untuk memperkenalkan desain prototype website sebagai media informasi
alternatif sistem rekomendasi musik berdasarkan mood pendengar.
Melalui
perancangan ini, diharapkan dapat membantu young adults dalam menemukan
ketenangan saat menghadapi masalah akademik dengan berbagai pilihan musik yang
telah dikelompokkan berdasarkan mood. Metode yang digunakan adalah kualitatif,
dengan mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan
dokumentasi. Prosesnya mengikuti pendekatan design thinking, yang meliputi
tahap emphatize, define, ideate, prototype, dan test. Dari perancangan ini
dihasilkan prototype website yang berisi informasi rekomendasi musik dengan
desain visual yang disesuaikan dengan target audiens.
Metode
Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
design thinking. Pendekatan design thinking, menurut Kelley dan Brown (2018),
merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada human oriented terhadap inovasi
dari alat perancang untuk mengintegrasikan kebutuhan masyarakat, kesuksesan
bisnis, dan kemungkinan teknologi. Tahapan-tahapan yang digunakan dalam
pendekatan design thinking, sebagaimana disebutkan oleh Mutiara (dalam
Darmalaksana, 2020), terdiri dari lima langkah, yaitu emphatize, define,
ideate, prototype, dan test. Penjelasan masing-masing tahapan dapat dicermati
sebagai berikut:
1.
Emphatize:
Pada
tahap awal ini, desainer melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mendapatkan
pemahaman dari permasalahan yang sedang dihadapi secara seksama. Ini dilakukan
melalui berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan cara lainnya untuk
mendapatkan data yang akurat dari calon pengguna. Dalam perancangan ini, akan
dilakukan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, penyebaran
kuesioner, dan dokumentasi. Teknik observasi dan wawancara akan dilakukan
secara langsung terhadap narasumber yang merupakan mahasiswa-mahasiswa di kota
terdekat terkait pengumpulan data mengenai pendapat serta proses perubahan
perilaku dan emosi narasumber yang sedang mengalami masalah emosional di bidang
akademik saat dan setelah mendengarkan beberapa rekomendasi musik yang
disediakan. Teknik penyebaran kuesioner akan dibagikan secara online kepada
young adults. Terakhir, untuk teknik dokumentasi yang merupakan pengumpulan,
pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan sebuah informasi dalam bidang
pengetahuan. Informasi yang digunakan berupa data-data yang berasal dari
dokumen yang berisi fakta dalam jurnal, buku, gambar, serta artikel untuk
memperkuat materi pembahasan perancangan.
Hasil
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan menggunakan pendekatan
design thinking. Pendekatan design thinking, menurut Kelley dan Brown (2018),
merupakan suatu pendekatan yang berfokus pada human oriented terhadap inovasi
dari alat perancang untuk mengintegrasikan kebutuhan masyarakat, kesuksesan
bisnis, dan kemungkinan teknologi. Mutiara menyebutkan tahapan-tahapan yang
digunakan dalam pendekatan design thinking yaitu terdiri dari lima langkah, di
antaranya emphatize, define, ideate, prototype, dan test (dalam Darmalaksana,
2020). Penjelasan masing-masing tahapan dapat dicermati sebagai berikut:
1.
Emphatize:
Pada
tahap awal ini, desainer melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mendapatkan
pemahaman dari permasalahan yang sedang dihadapi secara seksama, melalui
berbagai metode seperti wawancara, observasi, dan cara lainnya untuk
mendapatkan data yang akurat dari calon pengguna. Dalam perancangan ini, akan
dilakukan pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, penyebaran
kuesioner, dan dokumentasi. Teknik observasi dan wawancara akan dilakukan
secara langsung terhadap narasumber yang merupakan mahasiswa-mahasiswa di kota
terdekat terkait pengumpulan data mengenai pendapat serta proses perubahan
perilaku dan emosi narasumber yang sedang mengalami masalah emosional di bidang
akademik saat dan setelah mendengarkan beberapa rekomendasi musik yang disediakan.
Teknik penyebaran kuesioner akan dibagikan secara online kepada young adults.
Terakhir, teknik dokumentasi merupakan pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan
penyimpanan sebuah informasi dalam bidang pengetahuan. Informasi yang digunakan
berupa data-data yang berasal dari dokumen yang berisi fakta dalam jurnal,
buku, gambar, serta artikel untuk memperkuat materi pembahasan perancangan.
Dapat
disimpulkan data yang akan dikumpulkan dari teknik-teknik tersebut berupa: (1)
karakteristik narasumber; (2) penyebab masalah emosional yang dialami
narasumber; (3) kegiatan yang dilakukan narasumber untuk meredakan gejolak
emosinya; (4) seberapa sering narasumber mendengarkan musik untuk menenangkan
masalah emosional; (5) pendapat narasumber tentang musik yang direkomendasikan;
(6) pendapat narasumber mengenai pengkategorian musik terhadap empat jenis
mood; (7) kebutuhan informasi untuk konten dalam perancangan; dan (8) mengetahui
preferensi gaya visual dari narasumber.
2.
Define:
Tahap
kedua ini akan digunakan untuk pengumpulan data-data yang didapat pada tahap
emphatize, yang selanjutnya akan dianalisis untuk memecahkan masalah secara
efektif sehingga menghasilkan solusi yang tepat. Dalam perancangan ini, akan
disimpulkan penyebab permasalahan emosional yang dialami narasumber lalu
menyelesaikannya dengan pencarian solusi untuk narasumber dalam menghadapinya.
3.
Ideate:
Pada
tahapan ketiga ini, informasi yang didapat dari tahap sebelumnya akan digunakan
untuk menghasilkan ide atau opini sehingga menjadi solusi dari permasalahan.
Solusi yang tepat yaitu produk berupa website yang berisi konten dan informasi
yang dibutuhkan oleh narasumber dari perancangan ini.
4.
Prototype:
Tahap
prototype ini digunakan untuk mengimplementasikan ide yang dihasilkan dalam
tahap ideate menjadi sebuah produk untuk uji coba. Pembuatan prototype ini juga
bisa dijadikan sebagai model studi, sehingga desainer dapat memeriksa dan
mengamati kelebihan dan kekurangan hasil solusi dari tahap sebelumnya.
5.
Test:
Pada
tahap terakhir ini, prototype yang telah diimplementasikan dari tahap
sebelumnya akan diuji coba untuk melihat apakah prototype yang dihasilkan dapat
memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahan calon pengguna. Hasil yang
didapat dari uji coba ini berupa feedback yang nantinya bisa digunakan sebagai
pedoman untuk menyempurnakan produk. Mengingat situasi dan kondisi saat
melakukan penelitian ini, tahapan test yang dilakukan berupa validasi dan
testing secara online kepada validator dan responden untuk dilakukan penilaian
produk. Validator yang melakukan penilaian produk adalah Benarivo Triadi Putra
(CEO serta UI/UX dan graphic designer Atourin) yang akan memberi jawaban atas
pertanyaan yang terdapat dalam form dengan memilih skor penilaian. Skor untuk
setiap pertanyaan dalam kuesioner menggunakan Skala Likert sebagai berikut.
Kesimpulan
Perancangan
ini menggunakan pendekatan design thinking sehingga memudahkan dalam melakukan
keputusan dari sudut pandang desainer untuk dapat menghasilkan sebuah inovasi
dan solusi yang bisa memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh calon pengguna.
Berdasarkan permasalahan yang dihadapi, prototype website rekomendasi musik ini
bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi live website yang bertujuan untuk
dijadikan sebagai wadah alternatif berisi daftar rekomendasi musik sesuai mood
untuk young adults dalam mengatasi permasalahan emosional di bidang akademik.
Seperti
yang diketahui sebelumnya bahwa hasil final dari perancangan ini berupa
prototype sehingga masih belum bisa digunakan dan disebar luaskan kepada
masyarakat. Saran yang dapat digunakan dari perancangan ini sebagai acuan untuk
perancangan selanjutnya, adalah melanjutkan Prototype Website Rekomendasi Musik
Berdasarkan Mood ini ke tahap real Implementasi Coding. Selain itu, perancangan
ini juga dapat dilakukan menggunakan metode "Desain Web Rekomendasi Musik
Berdasarkan Pengelompokan Mood Sebagai Media Penyebaran Informasi".
10. Penulis
Jurnal :
Afdhal Zikri Zz, M.Sn
Judul
Jurnal :
Pengaruh Musik untuk Mendorong Intelegensi Peserta Didik
Halaman
Jurnal :
1- 5
Tujuan
Musik
sebagai bagian yang integral dalam kehidupan manusia. Pengaruh musik terhadap
kehidupan manusia seringkali diasosiasikan sebagai sarana dalam meningkatkan
kecerdasan IQ, emosional, hingga sarana terapis. Persepsi terkait kecerdasan
manusia seringkali diasosiasikan dengan kecerdasan yang bersifat logis ataupun
matematis, khususnya jika menilik metode ataupun sistem pendidikan yang ada. Tentunya
hal ini mendorong sebuah pertanyaan mengenai peran kecerdasan musikal dalam
meningkatkan kualitas peserta didik. Gardner, dalam teori Multiple
Intelligences, menyatakan bahwa kecerdasan musikal adalah salah satu kecerdasan
yang tumbuh serta ada dalam diri setiap manusia. Namun, dalam aplikasi serta
implementasinya, perdebatan serta kajian tentang pengaruh musik terhadap
kecerdasan manusia masih terus berkembang; mulai dari kecerdasan emosional,
spasial, hingga linguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mencari poin
kesinambungan antara Multiple Intelligences dengan pendidikan musik dengan
literatur.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dengan
analisis deskriptif. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi keterkaitan
pengaruh musik terhadap kecerdasan individu. Teknis pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan pengumpulan fakta ataupun gagasan dari literatur. Metode
deskriptif-analitik ini penulis gunakan untuk melakukan analisa terhadap
pemikiran, serta interpretasi dan kesinambungan antara pendidikan musik untuk
memupuk intelegensi anak.
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan dengan
analisis deskriptif. Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi keterkaitan
pengaruh musik terhadap kecerdasan individu. Teknis pengumpulan data penelitian
dilakukan dengan pengumpulan fakta ataupun gagasan dari literatur. Metode
deskriptif-analitik ini penulis gunakan untuk melakukan analisa terhadap
pemikiran, serta interpretasi dan kesinambungan antara pendidikan musik untuk
memupuk intelegensi anak.
Hasil
Penelitian
Keterkaitan
musik dan emosi begitu erat. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana dua orang
individu dapat merespon satu musik dengan cara yang berbeda, baik itu menangis
ataupun tertawa. Menurut Sloboda (1990), pengaruh musik dalam emosi terjadi
melalui:
1.
"Episodic associations"; dimana musik secara spesifik membawa
pendengarnya mengingat atau kembali kepada pengalaman emosional tertentu hingga
menimbulkan imaji atau visual orang ataupun kejadian tertentu.
2.
"Iconic associations"; dimana musik secara general memiliki kemiripan
dengan bunyi tertentu (contoh: kilat, debur ombak, dll);
3.
"Structural associations"; berbeda dengan kedua asosiasi sebelumnya,
proses ini yang menciptakan perbedaan yang signifikan antar individu karena
berbasis kinerja serta daya individu itu sendiri.
Ketiga
pengaruh ini memberikan kemampuan setiap individu untuk mengalami serta
merasakan musik secara berbeda serta memungkinkan musik untuk menjadi sarana
terapi bagi individu dengan kasus tertentu. Dalam ranah kognitif, kajian
terhadap pengaruh musik dengan intelegensi mulai marak dilakukan untuk
membuktikan relevansi musik terhadap kecerdasan peserta didik. Lornsdale (2018)
menemukan terdapat korelasi yang signifikan terhadap manipulasi kognitif
melalui musik dan hubungannya dengan kecerdasan emosional manusia. Ortiz
(2002:180) berpendapat bahwa musik dapat meningkatkan konsentrasi, menenangkan
pikiran, meningkatkan kewaspadaan, dan mengurangi suara-suara eksternal yang
dapat mengalihkan perhatian.
Selain
itu, musik dapat membantu sebagian orang mengorganisasi cara berpikir dan
bekerja sehingga membantu mereka berkembang dalam hal matematika, bahasa, dan
kinerja spasial (Djohan, 2006). Dapat disimpulkan, musik memiliki pengaruh yang
integral sebagai stimulus, tidak hanya wadah ekspresi, tetapi juga
mengintervensi kinerja serta pola berpikir hingga berperilaku individu.
Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah individu yang mempelajari musik memiliki kapasitas
kecerdasan yang lebih besar? Penelitian dalam jurnal Neuropsychologia
melaporkan bahwa musisi yang mulai belajar kibor sebelum usia 7 tahun memiliki
12% ketebalan serabut saraf dalam corpus callosum-nya, yaitu bagian otak
penghantar sinyal antar kedua hemisfer. Penelitian ini didukung oleh penjelasan
Marrit (1996) tentang fungsi musik dalam memfasilitasi belahan otak. Sebuah
penelitian lain juga dilakukan kepada partisipan yang terdiri dari sekelompok
non-musisi (individu yang tidak terlatih ataupun secara langsung menekuni
musik). Mereka melakukan 5-finger exercise menggunakan piano dalam kurun waktu
2 jam per hari. Dalam 5 hari, terdapat perkembangan dimana ukuran respons otak
yang terasosiasi dengan gerakan jari menjadi lebih lebar dan aktif
(Pascual-Leone 2011).
Melihat
dari kedua penelitian tersebut, tentu saja terdapat perbedaan musikalitas
ataupun keterampilan antara partisipan yang secara sadar dan utuh mempelajari
musik dengan partisipan yang tidak memiliki pengalaman ataupun terlatih dalam
bidang musik. Namun, kedua kelompok partisipan dapat secara aktif merespon
serta mengalami peningkatan terhadap bagian otak ataupun perilaku.
Hal
ini menjadi dasar untuk membuka pertanyaan mengenai cara serta proses musik
dalam mempengaruhi individu terhadap lini kecerdasan yang lain. Keterkaitan ini
dapat dilihat melalui metode pembelajaran musik serta elemen yang terkandung
dalam musik itu sendiri. Tahapan yang terjadi dalam proses pembelajaran musik
mencakup lini kecerdasan lain. Pemikiran ini berdasarkan pengamatan dalam
pengalaman musik seperti: (1) proses mempelajari sebuah notasi ataupun
repertoar musik yang memerlukan pemahaman dan metode yang struktural dan
berpola; (2) proses bermain orkestra yang melibatkan kemampuan sosial serta
kerjasama dalam berinteraksi dengan tim ataupun pemain lainnya; (3) proses
pembuatan karya musik yang memiliki perhitungan logis serta sistematis dalam
konseptualnya, tidak hanya proses keterlibatan emosi ataupun ide abstrak.
Kesimpulan
Melalui
beragam kajian, dapat dilihat bahwa musik sebagai bagian integral dalam
kehidupan manusia baik secara langsung ataupun tidak memiliki pengaruh yang
positif dalam pengembangan kecerdasan, perilaku, dan kinerja individu. Namun
agar secara lebih komprehensif meningkatkan dan mengembangkan kemampuan peserta
didik, maka diperlukan sebuah metode yang prosedural serta instruksional yang
bersifat jangka panjang, repetitif, serta aplikatif.
Teori
MI (Multiple Intelligences) sebagai landasan tentunya perlu disesuaikan kembali
dengan dasar serta arah pendidikan musik yang akan dituju. Kultur serta kondisi
fisik ataupun psikologi peserta didik yang ada dalam suatu wilayah juga perlu
dipertimbangkan. Pentingnya pengaruh musik dalam menstimulus kecerdasan yang
ada dalam manusia dapat menjadi sebuah acuan, khususnya untuk meningkatkan
hasil pembelajaran ataupun kualitas sumber daya manusia.
Penelitian
tentang kecerdasan manusia dan hubungannya dengan musik memiliki peluang besar
untuk memberikan kontribusi signifikan dalam bidang pendidikan dan pengembangan
sumber daya manusia.
11. Penulis Jurnal : Christ Billy Aryanto & Rhesa
Megananda
Judul
Jurnal :
PENGARUH MUSIK DENGAN TEMPO CEPAT & LAMBAT TERHADAP ATENSI MAHASISWA
Halaman
Jurnal :
1 - 10
Tujuan
Penelitian
ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh mendengarkan musik dengan tempo cepat
dan lambat terhadap perhatian mahasiswa. Musik digunakan untuk mengiringi
mahasiswa dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari. Hasil
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa musik dapat menjadi pengalih perhatian
ketika mereka melakukan pekerjaannya, namun penelitian lain menunjukkan bahwa
musik tidak berpengaruh terhadap atensi. Atensi merupakan tahap pertama dalam
proses kognitif, yang merupakan titik awal dari proses kognitif seseorang untuk
akhirnya menciptakan memori.
Pada
penelitian ini, eksperimen dengan desain within-subject design dilakukan dengan
mendengarkan musik dengan tempo yang berbeda saat melakukan tes atensi. Empat
belas mahasiswa S1 berusia 21-23 tahun dilibatkan dalam penelitian ini dengan
menyelesaikan 3 bentuk Concentration Grid Test dalam 3 kondisi yang berbeda,
yaitu saat mendengarkan musik pop instrumental dengan tempo cepat, tempo
lambat, dan dalam keadaan hening. Hasil dari repeated measures ANOVA
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tempo terhadap perhatian siswa dengan
F(2.26) = 6.84, p<0.05. Hasil analisis kontras menunjukkan bahwa peserta
yang mendengarkan musik pop instrumental dengan tempo lambat memiliki skor yang
secara signifikan lebih tinggi daripada tempo cepat (t = 3.433, p<0.01) dan
kontrol (t = 2.908, p<0.01), tetapi musik pop instrumental tempo cepat tidak
memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol (t = 0.525, p = 0.604).
Dengan demikian, musik bertempo lambat dapat meningkatkan perhatian, tetapi
musik instrumental pop dengan tempo cepat tidak mengalihkan perhatian siswa.
Metode
Penelitian
ini menggunakan desain within-subject dengan tiga kelompok, yaitu kelompok yang
mendengarkan musik pop instrumental dengan tempo cepat, tempo lambat, dan
kontrol. Ada 14 mahasiswa berusia antara 21-23 tahun (mean: 22, SD: 0,39) yang
mengikuti eksperimen ini dan semuanya berjenis kelamin laki-laki. Karena
penelitian menggunakan desain within-subject, maka seluruh partisipan
mengerjakan tes tiga kali sesuai dengan kondisi masing-masing. Agar mengurangi
efek urutan, dilakukan counterbalancing dengan membagi penelitian menjadi 3
sesi yang berbeda. Sesi 1 dan 2 diikuti oleh 5 partisipan dan sesi 3 diikuti
oleh 4 partisipan.
Alat
ukur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Concentration Grid
Test yang merupakan alat tes berupa tabel 10x10 yang berisi angka mulai dari
angka 00 hingga 99 yang disusun secara acak (Weinberg & Gould, 2015).
Walaupun alat ukur disebut sebagai Concentration Grid Test, tetapi alat ukur
tersebut dibuat untuk mengukur atensi dan kemampuan untuk mencari stimulus
angka secara berurutan di antara angka-angka yang ditulis secara acak (Weinberg
& Gould, 2015). Dalam pengerjaan alat tes ini, partisipan diminta memberi
tanda silang kepada setiap angka secara berurutan yang diawali dengan angka 00
hingga 99. Adapun hal yang dinilai dari partisipan dalam mengerjakan alat tes
ini ialah seberapa banyak partisipan dapat memberi tanda kepada setiap angka
dalam waktu yang telah ditentukan. Gambar 1 menunjukkan contoh salah satu
formulir dari tes yang perlu dikerjakan oleh partisipan.
Dalam
penelitian ini, masing–masing partisipan akan mengerjakan alat tes
Concentration Grid Test sebanyak tiga kali. Alat tes Concentration Grid Test
dibuat sebanyak tiga rangkap dengan format “A”, “B”, dan “C”. Ketiga format
tersebut akan memiliki urutan angka yang berbeda – beda antara satu dengan yang
lainnya namun dikerjakan dengan instruksi yang sama atau yang dikenal dengan
nama alternate forms (Cohen & Swerdlik, 2013). Tujuannya adalah agar efek
belajar dari masing–masing partisipan akan tereleminasi, sehingga pada akhirnya
pengaruh dari manipulasi penelitian ini akan terlihat secara nyata tanpa adanya
pengaruh faktor – faktor lainnya.
Sebelum
alat tes digunakan, dilakukan studi pilot untuk menentukan berapa durasi yang
diperlukan untuk mengerjakan alat tes Concentration Grid Test. Studi pilot
dilakukan kepada 3 mahasiswa. Partisipan diminta untuk mengerjakan
Concentration Grid Test sampai selesai dan kemudian dihitung berapa durasi yang
diperlukan untuk mengerjakan alat tes tersebut. Berdasarkan hasil studi pilot,
ketiga partisipan berhasil mengerjakan alat tes dengan durasi 7 menit, 8 menit,
dan 10 menit. Karena alat tes tergolong sebagai speed test dan mengharapkan
partisipan mengerjakan alat tes sebaik-baiknya untuk mengetahui kemampuannya
dengan durasi yang ditentukan (Cohen & Swerdlik, 2013), maka diputuskan
durasi pengerjaan alat tes di dalam eksperimen adalah 3 menit. Durasi ini
merupakan hampir 1/3 dari rerata durasi pengerjaan ketiga partisipan dalam
studi pilot.
Manipulasi
Eksperimen
Pada
kondisi eksperimen yang diperdengarkan musik tempo cepat dan tempo lambat,
partisipan penelitian diperdengarkan musik sambil mengerjakan Concentration
Grid Test. Pada kondisi eksperimen dengan tempo cepat, diperdengarkan musik
berjudul “Cool Kids” aransemen Steve Petrunak yang memiliki tempo 130 BPM. Pada
kondisi eksperimen dengan tempo lambat, diperdengarkan musik “I Can’t Make You
Love Me” aransemen Louis Landon yang memiliki tempo 72 BPM. Kedua musik
tersebut dimainkan menggunakan speaker melalui aplikasi mendengarkan musik
secara daring yang diperdengarkan dengan volume yang nyaman didengarkan oleh
partisipan penelitian. Kedua musik merupakan musik dengan genre pop
instrumental, sehingga tidak ada vokalis yang bernyanyi ketika musik dimainkan.
Musik pop instrumental dipilih karena musik yang tidak berlirik diketahui tidak
memberikan efek distraksi bagi partisipan (Shih, Huang, & Chiang, 2012).
Musik yang dipilih sama-sama musik dengan genre pop agar terjadi kontansi
kondisi antara kondisi tempo cepat dan kondisi tempo lambat (Seniati, Yulianto,
& Setiadi, 2017).
Prosedur
Penelitian
Partisipan
yang terkumpul pertama-tama diundi terlebih dahulu untuk menentukan sesi mana
yang akan diikutinya. Setelah diketahui sesi yang akan diikuti oleh partisipan,
para partisipan memasuki ruangan dan dibagikan lembar informasi penelitian,
lembar persetujuan, dan alat tulis. Setelah seluruh partisipan mengumpulkan
lembar persetujuan, eksperimenter kemudian memberikan penjelasan kepada
partisipan eksperimen apa yang akan dijalankan dan dibuka sesi tanya jawab
setelahnya jika ada yang masih belum memahami instruksi eksperimen. Setelah
semuanya dipastikan memahami, eksperimenter membagikan soal Concentration Grid
Test dengan format “A” kepada seluruh partisipan dengan keadaan tertutup,
kemudian eksperimenter memainkan lagu dengan tempo cepat dan meminta partisipan
mengerjakan sesuai dengan aba-aba eksperimenter. Ketika eksperimenter
memberikan aba-aba “mulai”, seluruh partisipan mengerjakannya sambil
mendengarkan musik dengan tempo cepat.
Hasil
Penelitian
Tabel
1 menunjukkan hasil skor dari mengerjakan Concentration Grid Test dalam
masing-masing kelompok. Hasil tersebut menunjukkan bahwa partisipan yang
mengerjakan Concentration Grid Test sambil mendengarkan musik pop instrumental
dengan tempo yang lambat memiliki rata-rata skor yang paling tinggi dan yang
sambil mendengarkan musik pop instrumental dengan tempo cepat memiliki
rata-rata skor yang paling rendah. Hasil ini belum menunjukkan ada perbedaan
yang signifikan. Oleh karena itu, dilakukan analisis statistik
repeated-measures ANOVA untuk mencari tahu apakah ada perbedaan yang signifikan
secara statistik antara ketiga kelompok tersebut.
Berdasarkan
hasil repeated-measures ANOVA, ditemukan terdapat pengaruh tempo musik terhadap
skor atensi mahasiswa dengan F(2, 26) = 6,84, p < 0,05. Agar dapat
memperjelas hasil antar kelompok, dilakukan contrast analysis untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok cepat dan kontrol,
kelompok lambat dan kontrol, serta kelompok cepat dan lambat. Hasil contrast
analysis menunjukkan bahwa partisipan yang mendengarkan musik pop instrumental
dengan tempo lambat memiliki skor yang lebih tinggi secara signifikan
dibandingkan tempo cepat (t = 3,433, p < 0,01) dan kontrol (t = 2,908, p <
0,01), tetapi skor partisipan yang mengerjakan sambil mendengarkan musik pop
instrumental tempo cepat tidak memiliki perbedaan signifikan dengan kontrol (t
= 0,525, p = 0,604).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tempo musik
yang dipendengarkan saat mengerjakan Concentration Grid Test memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap skor tes. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa
musik bertempo lambat dapat meningkatkan atensi secara signifikan dibandingkan
dengan musik bertempo cepat maupun tidak mendengarkan musik sama sekali. Skor
tes partisipan yang mendengarkan musik bertempo cepat tidak memiliki perbedaan
yang signifikan dengan yang tidak mendengarkan musik saat mengerjakannya. Hal
ini berarti bahwa musik bertempo cepat tidak mendistraksi partisipan ketika
mengerjakan tes yang mengukur atensi.
Hasil
dari penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya bahwa musik
instrumental atau musik tanpa lirik tidak menjadi distraksi bagi seseorang yang
melakukan tugas kognitif. Lebih lanjut lagi, penelitian ini mendukung juga
pernyataan bahwa musik bertempo cepat jika dimainkan dengan suara yang lembut
tidak akan menjadi distraksi bagi partisipan. Volume musik yang diperdengarkan
dalam penelitian ini adalah volume yang nyaman didengarkan partisipan, sehingga
volume suara menjadi variabel yang dikontrol dalam penelitian ini.
Perbedaan
penelitian ini dan penelitian sebelumnya adalah genre musik yang
diperdengarkan, di mana penelitian ini memperdengarkan musik pop instrumental
dan penelitian yang dilakukan Schellenberg, Thompson, dan Letnic (2011)
menggunakan musik klasik instrumental. Hal itu berarti bahwa jenis musik yang
diperdengarkan tidak memberikan pengaruh terhadap atensi seseorang selama musik
yang diperdengarkan adalah musik instrumental dengan tempo cepat dengan volume
yang nyaman didengar.
Salah
satu temuan yang menarik dari eksperimen yang dilakukan kali ini adalah
peningkatan skor atensi ketika mendengarkan musik pop instrumental dengan tempo
lambat. Bila didasarkan pada attention drainage effect yang dijelaskan oleh
Chou (2010), maka musik pop instrumental dengan tempo lambat tidak memenuhi
kapasitas kognitifnya sehingga tidak mengganggu atensi seseorang. Oleh karena
itu, musik yang diperdengarkan tidak menjadi distraktor auditoris dan atensi
seseorang saat mengerjakan tes tetap terjaga. Meningkatnya skor atensi
dimungkinkan terjadi karena partisipan memiliki mood yang positif dan lebih
tenang dalam mengerjakan Concentration Grid Test sambil mendengarkan musik pop
instrumental dengan tempo lambat, sesuai dengan mood and arousal hypothesis.
Sayangnya
dalam penelitian ini tidak diukur emosi yang dirasakan partisipan saat
mendengarkan masing-masing musik, sehingga belum diketahui bagaimana respon
emosi partisipan saat mendengarkan musik yang dimainkan. Eksperimen yang
dilakukan sudah berusaha mengontrol berbagai faktor yang bisa memengaruhi
validitas internal dari eksperimen. Agar tidak terjadi efek interaksi atau efek
urutan dalam pemberian stimulus eksperimen, dilakukan counterbalancing sehingga
efek urutan terkontrol. Konstansi kondisi juga dilakukan dengan melakukan
eksperimen di tempat yang sama dan menggunakan musik dengan genre yang sama,
yaitu musik pop instrumental, dengan variasi hanya pada tempo musiknya saja.
Sayangnya
seluruh partisipan dalam penelitian ini berjenis kelamin laki-laki, sehingga
mungkin hasil yang berbeda akan didapatkan jika terdapat partisipan perempuan
dalam eksperimen ini. Studi selanjutnya dapat mencari partisipan yang lebih
beragam dan juga mengukur respon emosi partisipan saat mendengarkan
masing-masing musik yang menjadi stimulus eksperimen untuk dapat menjawab
dugaan dari mood and arousal hypothesis.
12 Penulis
Jurnal :
Cana Maria Tarigan
Judul
Jurnal :
Mendengar Musik Sebagai Stimulus Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja
Halaman
Jurnal :
1 - 13
Tujuan
Musik
diakui memiliki kekuatan untuk mengantar dan menggugah emosi, baik melalui
penjiwaan terhadap alur cerita, musik, dan karakter yang diperankan maupun
sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Oleh karena itu, musik tidak dapat
dipisahkan dari emosi.
Kecerdasan
emosional memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan karena membutuhkan
stimulus yang tepat, salah satunya melalui mendengarkan musik, di mana musik
merupakan unsur yang paling dekat dengan kehidupan manusia. Kecerdasan
emosional juga mampu memotivasi diri, sehingga ketika kita mengalami kesulitan,
memiliki kecerdasan emosional yang baik memungkinkan kita untuk memotivasi diri
sendiri, mengatur nurani, dan meningkatkan empati seseorang. Jadi, seseorang
yang cerdas secara emosional tidak hanya memiliki emosi atau perasaan-perasaan,
tetapi juga memahami maknanya.
Metode
Nana
Sudjana menyatakan bahwa populasi memiliki cakupan yang sangat luas, bahkan
beberapa tidak dapat dihitung jumlahnya dan besarnya, sehingga menjadi tidak
mungkin untuk diselidiki. Jika pun akan diselidiki, hal itu akan memerlukan
biaya, tenaga, dan waktu yang sangat mahal dan tidak praktis. Oleh karena itu,
perlu dipilih sebagian saja yang memiliki karakteristik yang sama dengan
populasi utuh.
Dalam
penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah para pelajar yang berada di
Lingkungan SMA Sultan Iskandar Muda Medan, yang berjumlah 200 pelajar Kristen.
Alasan pemilihan pelajar dari Lingkungan SMA Sultan Iskandar Muda Medan adalah
karena dianggap memiliki kecerdasan emosional yang tinggi sebagai dampak dari
mendengarkan musik sebelum dan sesudah proses belajar-mengajar. Teknik
pengambilan data dari populasi dilakukan dengan sistem random sampling, yaitu
pengambilan data secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam
populasi. Semua anggota populasi memiliki peluang yang sama dan tidak terikat
untuk dimasukkan dalam sampel.
Hasil
Penelitian
1.
KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA
Salovery
mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali emosi diri,
yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali perasaannya sendiri saat
perasaan atau emosi itu muncul. Individu mampu mengenali emosinya sendiri jika
memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perasaan mereka yang sebenarnya dan
kemudian mengambil keputusan dengan mantap.
Kemampuan
dalam membina hubungan sosial sama pentingnya dengan kemampuan dalam mengelola
emosi orang lain. Remaja merupakan individu sosial yang membutuhkan hubungan
dan komunikasi dengan orang lain untuk mengembangkan dirinya. Mereka
menginginkan kasih sayang, pengakuan, dan penghargaan. Mereka juga ingin diakui
dan dihargai serta ingin memiliki peran yang diakui dalam kelompoknya. Jelas
bahwa individualitas dan sosialitas saling melengkapi dalam keberadaan remaja.
2.
PENGONTROLAN EMOSI DIRI REMAJA
Kecerdasan
emosional adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, dan
mengontrol emosi dirinya sendiri serta emosi orang lain di sekitarnya. Emosi
dalam konteks ini mengacu pada perasaan terhadap informasi mengenai suatu
hubungan, sedangkan kecerdasan (intelektual) berkaitan dengan kemampuan
memberikan alasan yang valid tentang hubungan tersebut.
Kecerdasan
emosional (EQ) saat ini dianggap sama pentingnya dengan kecerdasan intelektual
(IQ). Penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting
daripada kecerdasan intelektual dalam mencapai kesuksesan bagi seorang remaja.
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan perasaan agar
tidak meledak dan memengaruhi perilaku dengan wajar. Sebagai contoh, seseorang
yang marah dapat mengendalikan kemarahannya tanpa menimbulkan konsekuensi yang
menyesal di kemudian hari.
Kemampuan
dalam mengelola hubungan dengan orang lain adalah kemampuan untuk mengelola
emosi orang lain, menciptakan keterampilan sosial yang tinggi, dan memperluas
pergaulan. Remaja dengan kemampuan ini cenderung memiliki banyak teman, pandai
bergaul, dan menjadi lebih populer. Kemampuan ini mulai berkembang ketika anak
mencapai tahap perkembangan operasional kongkrit. Kehadiran teman sebaya sangat
penting bagi mereka, sehingga keinginan untuk membina hubungan dapat memotivasi
remaja untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam hal membina hubungan
dengan orang lain.
Membina
hubungan adalah kemampuan dasar yang mendukung popularitas, kepemimpinan, dan
keberhasilan antar pribadi. Mengelola orang lain sebagai elemen dalam
meningkatkan kemampuan antar pribadi, membentuk daya tarik, dan kesuksesan
sosial. Orang yang mahir dalam kecerdasan sosial mampu menjalin hubungan dengan
orang lain dengan lancar, peka terhadap reaksi dan perasaan mereka, mampu
memimpin dan mengorganisir, serta pandai dalam menangani konflik yang muncul
dalam berbagai aktivitas manusia.
Kesimpulan
Dengan
kemampuan pengendalian emosi yang dipersembahkan oleh musik, remaja secara
tidak langsung dapat mengekspresikan berbagai perasaan yang dimilikinya,
seperti kegembiraan, kesedihan, kegalauan, dan lain sebagainya. Bagi remaja,
musik juga berfungsi sebagai sarana untuk mengungkapkan diri ketika mereka
kesulitan mengungkapkan perasaan mereka kepada orang lain. Sejatinya, musik
memiliki dampak positif dan negatif pada pengendalian emosional remaja.
Kecerdasan emosional memiliki pengaruh besar dalam kehidupan remaja di masa
depan, karena kemampuan untuk mengendalikan emosi dengan baik akan memudahkan
mereka untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar dan mengembangkan potensi
mereka secara optimal.
13 Penulis
Jurnal :
Affayruz Sakka Adhi Kuncoro
Judul
Jurnal :
PENGARUH MUSIK TERHADAP EMOSI SISWA SISWI MTSN 1 JEPARA
Halaman
Jurnal :
1 - 6
Tujuan
Musik
diakui memiliki kekuatan untuk membangkitkan dan menggugah emosi, baik melalui
penghayatan terhadap alur cerita, melodi musik, dan karakter yang diperankan
maupun sebagai sarana untuk berekspresi diri. Oleh karena itu, musik tidak
dapat dipisahkan dari pengalaman emosional. Tujuan dari artikel ini adalah
untuk menyelidiki pengaruh musik terhadap emosi. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa pengaruh musik terhadap suasana hati seseorang disebabkan
oleh proses mendengarkan musik itu sendiri yang menjadi stimulus penting bagi
otak. Hal ini memengaruhi otak dalam aspek kognitif dan emosional. Secara
khusus, dalam aspek emosional, mendengarkan musik dapat memengaruhi sistem
saraf manusia di otak, seperti amigdala dan korteks media orbitofrontal yang
bekerja bersama-sama untuk memproses emosi seseorang. Kesimpulan dari artikel
ini adalah bahwa musik dinilai baik untuk membantu memulihkan mood dalam proses
pembelajaran, karena musik dapat memengaruhi keadaan emosional kita.
Metode
Metode
penelitian dalam mini riset ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui dokumentasi, wawancara, dan observasi.
Selain itu, peneliti juga menggunakan kajian teoretis. Responden dari
penelitian ini adalah siswa-siswi MTsN 1 Jepara.
Hasil
Penelitian
Dari
hasil observasi dan wawancara terhadap narasumber dan responden, ditemukan
bahwa musik berperan penting dalam membantu pemulihan mood saat belajar, karena
musik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap diri kita. Beberapa pengaruh
musik yang dirasakan oleh siswa MTsN 1 Jepara antara lain:
1.
Musik membuat siswa tidak bosan saat belajar.
2.
Musik meningkatkan kreativitas berpikir.
3.
Mendengarkan musik meningkatkan kosakata.
4.
Musik membuat siswa merasa rileks dan tenang.
5.
Pembelajaran yang sedang dipelajari menjadi lebih mudah diingat.
6.
Musik membantu menghilangkan rasa gugup dan stres.
Kebiasaan
mendengarkan musik memiliki beragam alasan yang memengaruhi pola belajar siswa,
baik dampaknya negatif maupun positif, tergantung pada bagaimana siswa
mengontrol diri mereka sendiri. Musik dapat merangsang proses berpikir otak dan
mempengaruhi mood siswa saat belajar.
Kesimpulan
Musik
memiliki implikasi terhadap emosi siswa-siswi MTsN 1 Jepara. Mendengarkan musik
dapat meningkatkan mood mereka. Jika mereka mendengarkan musik dengan nada yang
sedih, perasaan mereka akan terasa sedih, begitu pula sebaliknya jika mereka
mendengarkan musik yang ceria, perasaan mereka akan menjadi senang. Lirik dari
musik juga memengaruhi situasi mood siswa-siswi MTsN 1 Jepara. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa musik memang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
emosi siswa-siswi MTsN 1 Jepara, dan apakah dampaknya bersifat positif atau
negatif tergantung pada penilaian individu.
14. Penulis
Jurnal :
Febby Febriyani Kharisma, Marlina, Wilda Yulia Rusyida
Judul
Jurnal :
Analisis Pengaruh Mendengarkan Musik Terhadap Tingkat Fokus dan Produktivitas
Mahasiswa dalam Mengerjakan Tugas
Halaman
Jurnal :
1 – 7
Tujuan
Menjadi
mahasiswa merupakan tantangan tersendiri bagi setiap individu yang
menghadapinya. Penyebab pengaruh mendengarkan musik terhadap mood seseorang
adalah karena mendengarkan musik itu sendiri merupakan stimulus yang besar bagi
otak. Banyaknya tuntutan tugas dapat menyebabkan stres bagi mahasiswa. Salah
satu terapi yang digunakan untuk mengatasi stres adalah mendengarkan musik.
Mendengarkan musik juga ternyata tidak hanya dapat menghilangkan stres, tetapi
bagi sebagian mahasiswa, mendengarkan musik dengan tempo rendah juga dapat
meningkatkan fokus dalam mengerjakan tugas. Tujuan dari literatur ini adalah
untuk mengetahui bagaimana musik mempengaruhi fokus mahasiswa dalam mengerjakan
tugas. Metode yang digunakan adalah metode tinjauan literatur. Tinjauan pustaka
merupakan pencarian dan penelitian literatur dengan membaca berbagai jurnal
yang berkaitan dengan penelitian.
Metode
Metode
yang diterapkan dalam penelitian ini adalah studi literature review. Literature
review melibatkan penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca
berbagai buku, jurnal, dan publikasi lain yang terkait dengan topik penelitian.
Tujuannya adalah untuk melakukan konteks review, yang dapat disampaikan secara
eksplisit oleh peneliti. Dalam pendekatan ini, penelitian mengkaji pengaruh
mendengarkan musik terhadap mahasiswa saat mengerjakan tugas. Musik dapat
membuat mereka lebih santai, tetapi juga memiliki dampak negatif jika musik
yang dipilih tidak sesuai.
Hasil
Penelitian
Kegagalan siswa untuk fokus, penyelesaian tugas yang
tidak memadai, kesulitan tidur, impulsivitas, melupakan waktu makan, ekspresi
wajah yang tidak diobati, lupa, kurangnya perawatan terhadap lingkungan,
kecemasan, serta sakit kepala yang sering, semua adalah gejala merasa tertekan
dan tertegun oleh tuntutan tanggung jawab akademis mereka. Selain itu, ketika
anda mencoba tidur, pikiran anda sibuk dengan tugas-tugas untuk dosen, magang,
dan final. Akibatnya, anda tidak dapat tertidur, tubuh nda menjadi tidak sehat
dan tidak bersemangat, fokus anda terpecah, anda tak dapat berkonsentrasi,
perasaan anda tidak tenang, kecemasan, dan kekhawatiran, jantung anda
terus-menerus berdetak, dan sulit bagi anda untuk mengontrol pernapasan.
Kepercayaan bahwa musik juga bisa menjadi kendaraan untuk ekspresi diri
didorong oleh musik. Secara umum diketahui bahwa musik memiliki kemampuan untuk
memicu dan membangkitkan emosi, apakah mereka diekspresikan melalui
pencerobohan cerita, lagu, dan karakter yang dimainkan atau hanya sebagai cara
ekspresi diri. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk memisahkan emosi dari
musik. Misalnya, psikologi karakter di opera terkait dengan berbagai gerakan
emosional. Emosi sementara itu, adalah komponen yang diperlukan dari ekspresi
diri(Aryaneta, 2022).
Kebanyakan orang sering mendengarkan musik dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Ada begitu banyak musik yang dimainkan di ruang
publik, seperti kafe, perpustakaan, dan sebagainya. Banyak jenis musik yang
berbeda, termasuk pop, jazz, dan klasik, adalah apa yang kita dengar di depan
umum. Musik klasik biasanya dimainkan selama sesi studi. Mengapa dengan
mendengarkan musik klasik? Karena mendengarkan musik klasik membantu tubuh fokus,
itu merangsang saraf otak untuk bekerja lebih keras dan lebih keras. Semua
orang dapat tenang dan rileks oleh musik, dan juga dapat membantu dalam
mengurangi stres dan kecemasan yang terkait dengan belajar. Musik instrumental
dapat membantu kita berkonsentrasi lebih banyak pada tugas kita, meningkatkan
suasana hati kita, dan memotivasi kita di dalam. Untuk waktu yang sangat lama,
musik dapat menjaga pikiran kita terbuka untuk informasi baru. Banyak dari kita
menggunakan musik untuk membantu dalam penghapusan; dengan mempromosikan sikap
gembira, itu membantu otak membangun kenangan. Tergantung pada individu dan
gaya belajar preferensi mereka, musik mungkin atau mungkin tidak memiliki
dampak pada pembelajaran. Hindari mendengarkan musik saat belajar jika Anda
mudah terganggu oleh kebisingan keras karena akan mencegah Anda dari
berkonsentrasi. Namun, jika Anda memiliki kemampuan multitasking, Anda mungkin
dapat mendengarkan musik saat belajar sehingga Anda dapat memperhatikan dengan
seksama. Ketika kita berbicara tentang tujuan mengajar, pilihan lagu menjadi
penting karena pendidikan harus ditekankan, tidak hanya hiburan, untuk mencapai
tujuan jangka panjang menghasilkan generasi berkualitas (Ifadah & Aimah,
2012).
Tentu saja, musik atau lagu memiliki dampak yang
signifikan pada kondisi psikologis remaja karena mereka terus-menerus terpapar
dengannya dalam kehidupan sehari-hari mereka, baik secara sengaja karena mereka
ingin mendengarkannya atau karena secara tidak sengaja mereka mendengarnya dari
orang lain atau dari sesuatu yang membuat musik terdengar. Di era saat ini,
kita terus-menerus dikelilingi oleh musik dalam kehidupan kita sehari-hari
tanpa menyadarinya. Anda dapat menggunakan iklan di televisi sebagai contoh.
Sebagian besar iklan tersebut menggunakan musik di latar belakang. Setelah itu,
dapat saya pastikan untuk pernah mendengar musik dengan aliran nada yang
menenangkan ketika saya memasuki mall sehingga saya dapat berbelanja dengan
santai. Di tempat makan seperti restoran, musik biasanya hadir untuk
meningkatkan suasana. Terutama di kafe, yang merupakan hangout favorit di
kalangan anak muda saat ini. Ada banyak kafe di daerah ini yang menyediakan
musik langsung atau pertunjukan musik langsung untuk kesenangan para pendukung.
Remaja mendengarkan musik untuk berbagai alasan,
termasuk beberapa lainnya selain hanya menikmatinya sebagai hobi. Banyak
anak-anak modern melihat ke atas penyanyi, rapper, atau idola lain yang tidak
diragukan lagi terlibat dalam industri musik. Remaja memiliki lagu favorit, dan
mereka secara alami mendengarkan mereka sering. Ada banyak remaja yang
menyembah penyanyi karena musik atau lagu yang diputar sesuai dengan kondisi
mereka saat ini, serta cukup beberapa remaja yang memuji idola mereka karena
musik yang diproduksi oleh idola. Ini dibawa oleh berbagai hal, seperti
penciptaan seorang musisi atau lagu yang menarik untuk selera mereka. Musik
memiliki efek yang mendalam pada kondisi psikologis seorang remaja karena
selalu bersebelahan dengannya. Setiap kali seorang remaja sedang belajar,
sebagai ilustrasi. Faktor internal dan eksternal, khususnya lingkungan sekitar,
memiliki dampak pada pembelajaran. (Najla, 2020).
Kesimpulan
Ketika seorang siswa tidak dapat mencapai standar
akademik dan melihat kewajiban akademik yang dapat diterima sebagai gangguan,
mereka cenderung merasa stres akademik. Kurangnya energi, demam dan kepahitan,
ketegangan otot, detak jantung yang meningkat, dan kesulitan tidur adalah
beberapa gejala fisik stres. Stres dapat merusak fungsi kognitif dengan
menyebabkan goncangan, serangan panik, sering lupa, dan disorientasi.
Menurut temuan dari banyak studi tentang dampak
terapi musik klasik dalam mengurangi stres yang dirasakan oleh siswa, mereka
yang telah menerima terapi musik tradisional menemukan lebih mudah untuk
menangani stres, ketegangan, rasa sakit, dan gangguan lain atau kekacauan
emosional negatif yang mereka alami. Salah satu penjelasan adalah bahwa impuls
ritmis yang dihasilkan oleh musik kemudian dicatat oleh organ pendengaran.
15. Penulis
Jurnal :
Siska Amanda, Aulia Annisafitri, Meisya Angelia, Solita Claudya Augilera, Yuri
Nurdiantami
Judul
Jurnal :
Studi Literatur Pengaruh Musik Terhadap Kesehatan Mental Mahasiswa
Halaman
Jurnal :
1 – 9
Tujuan
Masalah kesehatan
mental telah menjadi perhatian utama di kalangan mahasiswa belakangan ini.
Keterkaitan langsung mahasiswa dengan kemajuan dan perkembangan teknologi
membuat mereka rentan terhadap masalah kesehatan mental. Beberapa faktor yang
menyebabkan mahasiswa mengalami gangguan kesehatan mental antara lain adalah
beban tugas, tekanan dari organisasi, tuntutan untuk lulus dengan cepat, serta
transisi dari pendidikan menengah ke perguruan tinggi. Mahasiswa sering mencari
kegiatan yang dapat memberikan energi positif, dan salah satunya adalah
kegiatan yang berkaitan dengan musik. Oleh karena itu, musik telah menjadi
bagian penting dari aktivitas sehari-hari mahasiswa.
Beberapa peneliti
mengungkapkan bahwa musik memiliki pengaruh signifikan baik secara fisik maupun
mental pada manusia. Intervensi musik sebagai pengobatan non-farmakologis
semakin banyak digunakan untuk merawat aspek psikologis. Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengeksplorasi pengaruh musik terhadap kesehatan mental
mahasiswa. Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka (literature
review) dengan melakukan survei literatur terbaru.
Pencarian artikel
dilakukan melalui berbagai database online seperti Google Scholar, DOAJ, dan
Pubmed, dengan memfokuskan pada artikel yang diterbitkan dalam lima tahun
terakhir. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel adalah musik,
kesehatan mental, dan mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu
artikel menyatakan bahwa musik klasik tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap tingkat kecemasan, sementara enam artikel lainnya menunjukkan bahwa
musik memiliki pengaruh positif terhadap kesehatan mental mahasiswa. Selain
itu, musik juga dianggap sebagai terapi dan strategi koping yang efektif dalam
meningkatkan kesehatan mental mahasiswa.
Metode
Penelitian
ini merupakan tinjauan sistematis dengan Meta-Analisis digunakan sebagai metode
untuk mengintegrasikan hasil-hasil. Sumber artikel berasal dari tiga basis
data, yaitu PubMed, Google Scholar, dan DOAJ (Directory of Open Access
Journals). Kata kunci yang digunakan adalah "kesehatan mental" dan
"musik" atau "mahasiswa". Rentang waktu penerbitan artikel
adalah antara tahun 2018 hingga 2022, dan artikel-artikel tersebut ditulis
dalam Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Subjek yang dimasukkan adalah mahasiswa
yang aktif saat penelitian dilakukan. Makalah dan buku dikecualikan dari
analisis.
Metode
PRISMA (Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis
Protocols) digunakan oleh penulis untuk mengidentifikasi artikel sesuai dengan
kata kunci, melakukan penyaringan, menilai kelayakan artikel, dan menganalisis
artikel yang memenuhi kriteria inklusi. Ini menciptakan beberapa tahapan ilmiah
yang terstruktur dalam proses penelitian.
Hasil
Penelitian
Musik
telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari manusia, bahkan
digunakan sebagai terapi dalam praktik pengobatan psikologis. Menurut literatur
yang ditinjau, musik memiliki dampak signifikan pada kesehatan mental
mahasiswa. Misalnya, musik dengan nada mellow atau lirik sedih dapat
memengaruhi suasana hati pendengarnya, sementara musik pop, hip-hop, edm, dan
yang bertenaga dapat meningkatkan semangat. Studi di China menunjukkan bahwa
jenis musik yang sering didengarkan oleh mahasiswa memiliki dampak yang berbeda
pada kesehatan mental mereka. Musik pop, klasik barat, dan klasik China
dianggap berdampak positif, sementara musik berat seperti rock, heavy metal,
dan rap memiliki dampak negatif.
Penelitian
juga menyoroti peran musik dalam terapi dan strategi koping. Terapi musik
kolektif, seperti Group Impromptu Music Therapy (GIMT), telah terbukti
meningkatkan regulasi emosional, mengurangi depresi, dan mengurangi kecemasan
pada mahasiswa. Selain itu, musik juga digunakan sebagai strategi koping dalam
mengelola stres dan distress, dengan mahasiswa melaporkan dampak positifnya
dalam mengurangi gejala distress.
Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa musik juga memengaruhi sistem penerimaan dan
komitmen seseorang. Terapi penerimaan dan komitmen yang dikombinasikan dengan
terapi relaksasi musik telah terbukti membantu mahasiswa meningkatkan kondisi
mental, meningkatkan evaluasi kualitas hidup, dan mengurangi gejala depresi.
Namun, penelitian juga mencatat bahwa tidak semua jenis musik memiliki dampak
yang sama. Sebagai contoh, penelitian terhadap mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Universitas Tarumanegara menunjukkan bahwa musik klasik tidak berpengaruh
signifikan pada tingkat kecemasan mahasiswa yang sedang menghadapi blok sistem
muskuloskeletal.
Kesimpulan
Hasil
dari tinjauan literatur menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara musik dan
kesehatan mental mahasiswa. Musik memainkan peran penting dalam meningkatkan
kesejahteraan mental mereka dengan memengaruhi suasana hati, emosi, dan tingkat
stres. Jenis musik yang bersifat positif cenderung meningkatkan emosi positif,
sementara musik yang bersifat negatif dapat memicu emosi negatif.
16. Penulis
Jurnal :
Kartini, Nurus Sa’adah
Judul
Jurnal :
Dampak Musik Religi Terhadap Konsentrasi Belajar (Studi Kasus: Mahasiswa
Pascasarjana BKI 2021-2022)
Halaman
Jurnal :
1 – 6
Tujuan
Konsentrasi
belajar memiliki peran penting dalam hasil belajar mahasiswa, karena merupakan
bagian dari perhatian yang memungkinkan mereka menerima informasi dengan lebih
baik. Musik sering digunakan sebagai faktor pendukung untuk memperbaiki mood
yang kurang baik, dan salah satu jenis musik yang populer adalah musik religi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dalam bentuk studi kasus untuk
mengevaluasi pengaruh mendengarkan musik religi terhadap konsentrasi belajar
mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa merasa lebih tenang
dan senang saat mengerjakan tugas dengan mendengarkan musik religi. Mereka
mengatakan bahwa melodi musik yang mereka dengar membantu mereka fokus pada
tugas mereka. Mendengarkan musik religi juga membantu beberapa mahasiswa
memperbaiki mood mereka, membuat mereka tampak lebih tenang, damai, dan dapat
lebih fokus dalam belajar.
Metode
Penelitian
ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus untuk mengatasi
masalah yang ada. Pendekatan ini mengacu pada prinsip-prinsip penelitian
kualitatif yang mendeskripsikan data lapangan melalui wawancara sebagai sumber
utama. Analisis dilakukan untuk memahami dan menggambarkan realitas yang ada,
dengan tujuan akhir menyajikan temuan dalam bentuk teori. Studi kasus dipilih
karena dianggap sebagai sarana efektif untuk memperoleh informasi yang
diperlukan sambil menjaga hubungan yang baik antara peneliti dan informan.
Hasil
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus untuk
mengeksplorasi hubungan antara mendengarkan musik, khususnya musik religi,
dengan konsentrasi belajar mahasiswa. Data primer diperoleh melalui wawancara
dengan beberapa mahasiswa yang rutin mendengarkan musik saat belajar. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa musik memiliki pengaruh positif terhadap mood dan
konsentrasi belajar mahasiswa.
Seorang
mahasiswa menyatakan bahwa mendengarkan musik membantu merangsangnya dan
memperbaiki moodnya, terutama ketika merasa kurang baik. Dia mengungkapkan
bahwa sebagai seorang introvert, musik memiliki stimulus yang kuat dan
menenangkan baginya, yang membantu memulihkan mood yang kurang baik menjadi
lebih baik.
Mahasiswa
lain juga menyampaikan bahwa mendengarkan musik saat belajar dapat meningkatkan
mood mereka. Mereka menikmati melodi yang indah dan menyenangkan dalam musik,
yang membantu mereka merasa lebih tenang dan fokus dalam mengerjakan tugas.
Penemuan
serupa juga diungkapkan oleh mahasiswa lain yang rutin mendengarkan musik
positif dengan nuansa religi. Mereka merasa bahwa mendengarkan musik tersebut
dapat menenangkan pikiran dan meningkatkan mood mereka saat belajar.
Berdasarkan
hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa mendengarkan musik, khususnya musik
religi, dapat menjadi faktor pendukung yang efektif dalam meningkatkan
konsentrasi belajar mahasiswa.
Kesimpulan
Konsentrasi
dalam belajar merupakan kunci untuk memahami materi dengan baik. Pelajar yang
dapat berkonsentrasi cenderung lebih berhasil dalam memahami pelajaran. Salah
satu faktor pendukung konsentrasi adalah mood yang baik, dan salah satu cara
untuk meningkatkan mood adalah dengan mendengarkan musik. Musik, sebagai
rangkaian perasaan melodi suara, dapat memberikan kepuasan saat pendengar
meresapi pesan dalam alunannya. Perasaan-perasaan yang dihasilkan oleh musik
dapat menjadi stimulus dalam meningkatkan mood pelajar saat mengerjakan tugas
dan belajar.
17 Penulis
Jurnal :
Sri Mustika Aulia
Judul
Jurnal :
PENDIDIKAN MUSIK SEBAGAI PERANGSANG KONSENTRASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH AUTIS
MITRA ANANDA PADANG
Halaman
Jurnal :
1 – 13
Tujuan
Penelitian
dilakukan pada dua anak autis yang mengalami kesulitan dalam konsentrasi,
terutama dalam memusatkan perhatian pada hal-hal di sekitar mereka. Untuk
meningkatkan konsentrasi mereka, diberikan pendidikan musik dengan menggunakan
media notasi balok berwarna. Anak-anak autis merupakan visual thinker, sehingga
mereka dapat menangkap pelajaran dengan baik melalui materi yang disajikan
secara visual. Penelitian ini mengadopsi metode Design Based Research yang
diterapkan dalam tiga siklus. Desain dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kemampuan anak-anak.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi anak-anak dalam memainkan melodi
menggunakan notasi balok warna meningkat dengan baik. Mereka mampu memainkan
musik tanpa perlu mengandalkan notasi balok warna lagi. Penggunaan konsep
Design Based Research menghasilkan sintaks pendidikan yang efektif bagi
anak-anak, di mana warna memiliki dampak yang signifikan. Anak-anak dapat
meniru musik yang mereka dengar, menentukan, dan menirukan dengan menggunakan
notasi balok warna. Selain itu, penelitian ini juga memperlihatkan perkembangan
dalam komunikasi, respon, perhatian terhadap gerakan tubuh, dan kemampuan anak-anak
untuk mengaplikasikan materi yang dipelajari dengan baik.
Metode
Penelitian
ini ditujukan untuk dua anak autis yang memiliki tantangan dalam konsentrasi,
di mana satu anak sulit melakukan kontak mata dan yang lainnya hanya melakukan
komunikasi satu arah. Kedua anak memiliki kesamaan dalam kesulitan
berkonsentrasi, tetapi mereka juga memiliki kesamaan dalam ketertarikan
terhadap musik. Anak pertama lebih suka memainkan dan memukul-mukul benda untuk
menciptakan musik, sedangkan anak kedua memiliki latihan langsung dalam
memainkan piano dan drum. Untuk membantu meningkatkan dan melatih konsentrasi
mereka, digunakan pendidikan musik dengan notasi warna.
Desain
penelitian disusun berdasarkan kebutuhan dan kemampuan anak-anak, dengan
sepuluh tahapan yang akan dilalui oleh peneliti dan anak-anak. Terdapat tiga
siklus yang masing-masing melalui tahapan identifikasi masalah, refleksi, dan
evaluasi. Partisipan dalam penelitian ini adalah dua anak autis yang sama-sama
menerima pendidikan dari usia dini, dengan rentang usia yang tidak jauh
berbeda.
Penelitian
dilakukan di Sekolah Autis Yayasan MitraDokumentasi, dengan menggunakan
dokumentasi foto, kondisi sekolah, dan proses pembelajaran sebagai sumber
informasi. Data yang dikumpulkan dari hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi kemudian diolah menggunakan teknik triangulasi, dengan memperkuat
hasil dari berbagai sumber data.
Pendidikan
musik yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan intelegensi musikal dan
kualitas hidup anak-anak autis. Kemandirian dalam bermain musik dengan panduan
notasi warna membantu meningkatkan fokus dan konsentrasi mereka dalam
memperhatikan sesuatu yang ada di depan mereka.
Hasil
Penelitian
a.
Anak-anak mampu meniru musik yang didengar dan dilihat secara langsung. Hal ini
terjadi pada pertemuan kelima siklus ketiga, di mana anak-anak tidak memainkan
lagu "bareh solok" pada awalnya, melainkan hanya mendengar dan
melihat peneliti memainkan lagu tersebut tanpa menggunakan notasi musik.
Anak-anak hanya memperhatikan tanpa mengganggu peneliti. Setelah itu, peneliti
menantang anak-anak untuk memainkan lagu tersebut, dan mereka berhasil
memainkannya dengan baik tanpa meminta bantuan dari siapapun. Mereka bahkan
membuat versi lain dari lagu tersebut, menunjukkan kemampuan musikalitas yang
luar biasa, sesuai dengan konsep sindrom savant pada individu autis.
b.
Anak-anak mampu mengidentifikasi nada tonal mayor. Ini terlihat pada siklus dua
dan tiga, di mana anak-anak dapat mengenali nada tonal mayor dan membahasakan
notasi warna pada alat musik.
c.
Anak-anak dapat menyanyikan, menirukan, dan menebak nada dengan dan tanpa
notasi balok warna. Ini terjadi pada siklus dua dan tiga, di mana anak-anak
dapat memainkan notasi balok warna.
Sintaks
di atas disusun berdasarkan perilaku anak-anak dalam menerima pelajaran dari
peneliti. Pada sintaks pertama, anak-anak tidak mengalami fase pengulangan
karena mereka memahami dan mempraktekkan materi setelah didemonstrasikan oleh
peneliti. Pada lembar kegiatan guru, perbedaan antara kedua anak terlihat dalam
pemberian reward sebagai motivasi belajar.
Sintaks
kedua memiliki fase tambahan, yaitu fase Tanya Jawab, karena anak-anak
mengalami kesulitan dalam memahami materi. Lembar kegiatan guru juga
menjanjikan reward untuk motivasi belajar.
Perubahan
hormonal dapat menurunkan konsentrasi anak. Terlihat pada pertemuan keenam
siklus ketiga, di mana anak perempuan sedang mengalami menstruasi dan mengalami
gangguan emosional yang menghambat proses belajar. Hal ini juga dinyatakan oleh
Dr. Hidayat, yang menjelaskan bahwa anak autis juga mengalami masa pubertas
yang dapat memengaruhi mood dan emosi mereka.
Kesimpulan
Hasil
penelitian menunjukkan berbagai temuan yang ditemukan selama penelitian dalam
pendidikan musik, yang meliputi:
1.
Konsentrasi anak menunjukkan peningkatan, terlihat dari waktu yang lebih
singkat yang diperlukan anak dalam setiap pertemuan. Hal ini menandakan bahwa
anak-anak sudah dapat berkonsentrasi dengan baik sehingga mereka dapat
menyelesaikan materi lebih cepat.
2.
Anak-anak mampu mengimplementasikan materi yang diberikan dengan baik. Mereka
menunjukkan perhatian yang lebih tinggi selama proses belajar, terlihat dari
absennya keluhan atau diam-diam dalam proses pembelajaran. Respon anak terhadap
kegiatan belajar juga sangat positif, dengan menunjukkan kepercayaan diri yang
berbeda dan penggunaan kata-kata penyemangat dalam belajar.
3.
Komunikasi non-verbal anak meningkat cukup baik, meskipun tidak secara
signifikan.
4.
Gerakan tubuh anak yang sebelumnya tidak terkendali mulai berkurang, karena
anak-anak lebih fokus pada memainkan alat musik yang mengharuskan mereka
berkonsentrasi penuh pada tangan.
5.
Konsep warna dalam pendidikan musik menunjukkan hasil positif, di mana
anak-anak dapat mengenal nada dengan baik dan memainkan lagu tanpa mengandalkan
notasi musik. Hal ini memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi penuh pada nada
dan ritme yang ingin dimainkan.
6.
Efektivitas penelitian Design Based Research terbukti dengan peningkatan
konsentrasi anak dan menghasilkan keluaran ilmiah berupa sintaks pendidikan
musik untuk anak autis. Selain itu, terdapat keluaran praktis dan sosial berupa
perkembangan anak dalam bermain musik dan kelanjutan pendidikan musik melalui
pelatihan setelah penelitian.
Sensitivitas
musikal anak autis terbukti cukup baik, di mana mereka mampu mengimitasi lagu
hanya dengan melihat dan mendengar. Penemuan lain adalah pengaruh yang
signifikan dari perubahan hormonal pada kegiatan anak, terutama pada anak
perempuan autis.
18 Penulis
Jurnal :
Grace
Aprilia Purba
Judul
Jurnal :
MUSIK VIDEO GAME DRAGON NEST TERHADAP GERAK TUBUH PARA GAMERS DAN PENGARUHNYA
Halaman
Jurnal :
1 – 10
Tujuan
Dragon
Nest adalah salah satu game online multipemain yang menggunakan musik SFX
sebagai pengiring yang berasal dari Korea. SFX adalah singkatan dari sound
effects atau dapat diartikan sebagai efek suara. Dalam perkembangannya, banyak
game online saat ini yang menggunakan musik SFX sebagai pengiringnya. Dragon
Nest menggunakan Actuality recorded effect, efek suara ini merupakan efek suara
yang didapat/direkam langsung dalam scene/adegan, dan digunakan sebagai efek
suara pada saat rekaman seperti suara kendaraan, suara hentakan kaki, suara
pukulan, suara tembakan dan lain sebagainya.
Efek
suara secara khusus dapat mempengaruhi emosi para pendengarnya, karena musik
dalam emosi disepakati sebagai bagian dari komunikasi nonverbal. Oleh karena
itu setiap emosi memiliki bentuk ekspresi khusus yaitu postur tubuh, nada
suara, tarian, gerakan gerakan atau ekspresi frasering (kalimat lagu) dalam
musik. Emosi-emosi tersebut akan akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian
ini. Selain itu, Dragon Nest merupakan game yang sangat dinanti dan diminati
oleh para gamer. Berangkat dari hal tersebut maka peneliti tertarik untuk
melakukan penenlitian terhadap game tersebut. Penelitian ini akan membahas
bagaimana pengaruh SFX musik sebagai pengiring game, dan menjelaskan alasan
yang membuat game ini sangat digemari oleh masyarakat.
Metode
Metode
penelitian yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini memakai metode
kualitatif dengan pendekatan musikologi dan psikologi. Sehingga lebih
menekankan makna dan digunakan jika masalah belum jelas untuk mengetahui makna
yang belum terungkap, mengembangkan teori, dan untuk memastikan kebenaran data.
Pendekatan
studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk menelitiperistiwa yang terjadi
dalam waktu tiga bulan. Pendekatan ini bertujuan untuk meneliti musik game
Dragon Nest terhadap gamers dan pengaruhnya.
B.
Tahap Penelitian
Tahap
Awal Penelitian
Tahap
Pengambilan Data dari Lapangan
Tahap
Penganalisaan Hasil Lapangan
Tahap
Merangkum Hasil Analisis
C.
Lokasi Penelitian
Penelitian
ini dilakukan di rumah atau kost para gamers dengan komputer laptop yang dan
headphone yang memadai
D.
Subjek Penelitian
Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah gamers pada rentang usia 17 tahun sampai
25 tahun yang berjumlah 5 games.
Hasil
Penelitian
A.
Hasil Penelitian
Musik
SFX dalam video game Dragon Nest memperlihatkan bahasa tubuh gamers yang
merespon terhadap musik tersebut. Sebagian besar respon gamers terhadap musik
tersebut adalah semangat dan bergairah dalam memainkan game tersebut. Ketika
gamers kalah dari pertandingan game tersebut, bahasa tubuh yang terkait dengan
respons fisik yang terlihat yaitu gamers akan memukul meja, berteriak marah,
dan bersemangat bermain untuk memenangkan pertandingan dalam game tersebut dan
ketika gamers menang dalam pertandingan, mereka akan memperlihatkan ekspresi
wajah teramati yaitu dengan senyum dan tawa.
Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari penelitian mengenai pengaruh musik video game
Dragon Nest terhadap gamers adalah sebagai berikut:
1.
Game ini merupakan game bergenre Role-Playing Game yang para pemainnya
memainkan peran tokoh-tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah
cerita bersama.
2.
Jenis-jenis musik dalam video game Dragon Nest, yaitu musik yang menggunakan
beat dan melodi yang mencekam sehingga dapat memacu adrenalin para player.
Dragon Nest juga menggunakan Background Music (BGM) dan Sound Effect (efek
suara) secara bersamaan, sehingga semakin membuat para player bersemangat
memainkannya.
3.
Respon emosi para player terlihat saat memainkan game tersebut dengan musik,
mereka seakan-akan menganggap diri mereka yang berada dalam game tersebut
sehingga antusias dan semangat sangat terlihat jelas saat mereka memainkan game
tersebut. Saat kalah pun mereka merasakan kecewa, dan bertekad untuk menang
saat memainkan game Dragon Nest lagi. Sangat berbeda saat player bermain tanpa
suara musik, mereka merasa permainan tersebut terasa sangat membosankan, tidak
bergairah, dan melelahkan.
4.
Musik dan efek suara dalam video game Dragon Nest dapat memengaruhi emosi para
gamers dikarenakan musik dan efek suaranya saling mendukung untuk membentuk
suasana dan kondisi dalam game tersebut seakan-akan menjadi nyata, sehingga
dapat meningkatkan fokus dan konsentrasi serta meningkatkan mood dalam bermain
game tersebut.
19 Penulis
Jurnal :
Andi Naurah Najla
Judul
Jurnal :
DAMPAK MENDENGARKAN MUSIK TERHADAP KONDISI PSIKOLOGIS REMAJA
Halaman
Jurnal :
1 – 10
Tujuan
Pada
era globalisasi ini, musik semakin berkembang dan selalu berdampingan dengan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk bagi para kaum remaja saat ini,
memiliki minat yang tinggi terhadap musik. Baik musik dengan genre seperti pop,
jazz, rap, ballad, dan lain-lainnya, tentunya memiliki dampak tersendiri
terhadap remaja yang mendengarkannya. Ada beberapa dampak positif dan dampak
negatif bagi kondisi psikologis seorang remaja yang mendengarkan musik.
Terlebih pada masa remaja adalah masa dimana mereka ingin mencoba segala
sesuatu yang dirasa menarik atau sedang tren pada masa tersebut.
Metode
Pada
penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode literatur yang didasarkan
pada artikel dan jurnal, serta beberapa sumber pustaka yang sudah diterbitkan
melalui internet ataupun media elektronik. Dari sumber-sumber tersebut, memuat
pemikiran dari beberapa media, contohnya seperti buku, jurnal, ataupun artikel
ilmiah yang diterbitkan oleh dosen, khususnya pada dosen Universitas Lambung
Mangkurat. Dalam metode ini, disajikan terlebih dahulu pengertian tentang
remaja dan apa saja yang terjadi pada masa remaja. Kemudian, juga minat remaja
terhadap musik dan pengaruhnya terhadap remaja. Pada pembahasan, penulis juga
menjabarkan dampak dan contoh yang bisa dilihat di kehidupan sehari-hari pada
pengaruh musik bagi kondisi psikologis remaja.
Hasil
Penelitan
Musik
adalah suatu kebutuhan pokok untuk setiap individu, sebab musik dapat
menjadikan individu merasa bahagia, gembira, dan tenang. Musik yang didalamnya
bersikan alunan nada beserta suara manusia atau lainnya biasanya disebut lagu.
Saat ini lagu tentunya sangat diminati bagi semua usia, terutama remaja. Dari
lagu dengan genre sedih hingga menyenangkan, remaja masa kini selalu menemui
lagu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Tentunya, musik atau lagu sangat
mempengaruhi kondisi psikologis seorang remaja, karena dalam kehidupan
sehari-harinya mereka selalu berdampingan dengan musik, baik disengaja maupun
tidak.
Tanpa
disadari, di era modern ini kita selalu berdampingan dengan musik dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, ketika melihat iklan di televisi,
mayoritas iklan menggunakan musik sebagai latar belakang. Saat masuk ke pusat
perbelanjaan, kita disuguhkan dengan musik yang menenangkan agar bisa
berbelanja dengan santai. Di restoran atau rumah makan, biasanya juga terdapat
musik untuk menciptakan suasana. Terlebih lagi di kafe, tempat yang sangat
diminati oleh remaja masa kini. Banyak kafe yang menyediakan live musik atau
pertunjukan musik secara langsung untuk menghibur pelanggan.
Musik
tidak hanya dijadikan sebagai hobi mendengarkan, tetapi juga karena beberapa
penyebab lainnya. Banyak remaja zaman sekarang yang mengidolakan penyanyi,
rapper, atau idolanya yang berkarya di bidang musik. Sehingga, para remaja
memiliki lagu favorit mereka yang sering didengarkan. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti karya musik atau lagu dari penyanyi tersebut sesuai
dengan selera mereka, atau musik dari idola mereka memberi semangat tersendiri.
Karena
selalu berdampingan dengan musik, musik sangat mempengaruhi kondisi psikologis
remaja saat mendengarkannya. Contohnya saat belajar, beberapa remaja
membutuhkan musik sebagai pendamping untuk lebih fokus. Di masa pandemi
Covid-19 ini, para siswa dan mahasiswa ditugaskan untuk belajar dari rumah
melalui daring. Tuntutan tugas akademik yang terkadang sulit dan berat dapat
meningkatkan stres pada mahasiswa.
Stres
tersebut diatasi dengan berbagai cara, salah satunya dengan mendengarkan musik.
Musik-musik sedih sering dianggap sesuai dengan stres yang dialami remaja. Dari
mendengarkan musik tersebut, berbagai macam dampak psikologis dapat
ditimbulkan, termasuk menangis setelah mendengarkan lagu sedih.
Kesimpulan
Di
era modern ini, ditambah dengan pandemi Covid-19 yang membuat berbagai tren
musik semakin banyak, musik atau lagu sangat berpengaruh pada kondisi
psikologis seorang remaja. Mereka selalu berdampingan dengan musik dalam
kehidupan sehari-hari, baik disengaja karena ingin mendengarkannya atau tidak
sengaja karena terdengar dari orang lain atau dari objek lain yang menghasilkan
suara musik.
Faktor-faktor
seperti selera musik yang sesuai dengan remaja, pengidolaan terhadap musisi
karena lagunya sesuai dengan kondisi mereka, dan hobi mendengarkan musik juga
turut mendukung pengaruh musik pada remaja. Hal ini menghasilkan berbagai
dampak, baik positif maupun negatif, tergantung dari perspektif masing-masing
individu. Setiap remaja memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri terkait
dengan dampak yang ditimbulkan saat mendengarkan musik.
20 Penulis
Jurnal :
Dwi Wulan Suci
Judul
Jurnal :
MANFAAT SENI MUSIK DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR
Halaman
Jurnal :
1 – 8
Tujuan
Musik
adalah sebuah karya seni yang mampu menggambarkan ide, pikiran, dan perasaan
manusia melalui keindahan irama dan nada-nada yang teratur. Dalam konteks
perkembangan belajar siswa sekolah dasar, musik memiliki manfaat yang
signifikan. Musik dapat berpengaruh terhadap hasil belajar, perkembangan
emosional, kecerdasan, daya ingat, dan konsentrasi siswa. Para peserta didik
yang terbiasa mendengarkan musik sejak usia dini cenderung memiliki
perkembangan emosional yang lebih baik. Hubungan antara anak dan musik sangat erat,
dan musik memiliki peran penting dalam meningkatkan kecerdasan dan perkembangan
belajar anak. Pada rentang usia tiga hingga enam tahun, anak-anak mengembangkan
kecerdasan emosional mereka melalui mendengarkan lagu, karena periode ini
merupakan masa yang sangat penting dalam perkembangan pendengaran mereka. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk mengkaji manfaat musik dalam perkembangan
belajar peserta didik sekolah dasar.
Metode
Metode
yang dipakai dalam penulisan artikel ini adalah tinjauan pustaka atau
Literature review. Tinjauan pustaka digunakan untuk memahami konsep tentang
manfaat musik bagi perkembangan belajar siswa sekolah dasar. Ini dilakukan
dengan membaca dan mengevaluasi penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan manfaat musik dalam perkembangan belajar siswa sekolah dasar. Dalam
pembahasannya, artikel menggunakan teori yang relevan untuk menjelaskan konsep
tersebut atau gambaran yang dibangun dengan melakukan generalisasi terhadap
suatu pengertian. Sebagai suatu generalisasi, teori memberikan rangkuman atas
generalisasi empiris dan hubungan antar proposisi dari berbagai asumsi yang
telah diterima atau akan diuji.
Hasil
Penelitian
Hasil
penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh musik terhadap kecerdasan emosi
siswa sekolah dasar menunjukkan bahwa penerapan musik dalam pembelajaran
memiliki dampak yang signifikan terhadap kecerdasan emosi anak. Musik
memberikan manfaat positif dengan meningkatkan suasana hati yang positif,
membuat siswa menjadi bergairah dalam belajar, dan menimbulkan rasa senang. Ini
memudahkan penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik.
Musik
juga membantu siswa untuk merasa lebih tenang. Mendengarkan musik yang positif
dapat menciptakan suasana hati yang tenang dan damai, sementara musik dengan
tempo lambat dapat memberikan ketenangan, kedamaian, dan pengembangan emosional
serta spiritual. Musik juga terbukti meningkatkan daya ingat siswa, adaptasi
motorik, integrasi sensorik, proses kognitif, dan gerakan fisiologis umum.
Selain itu, penggunaan musik dalam pembelajaran telah lama diyakini dapat
meningkatkan kualitas kehidupan anak-anak dan merangsang keberhasilan akademik
jangka panjang.
Penelitian
juga menunjukkan bahwa musik dapat menurunkan hormon stres dan meningkatkan
perasaan tenang dan rileks. Metode terapi musik telah terbukti memberikan
manfaat dalam menyembuhkan stres dan menghasilkan ketenangan emosional. Musik
al-Quran, dalam bentuk murottal, juga terbukti mampu memberikan ketenangan,
perkembangan kognitif yang lebih tajam, dan pemikiran yang cemerlang.
Pembelajaran
seni musik di sekolah dasar juga memberikan manfaat yang signifikan. Materi dan
konteksnya disesuaikan dengan perkembangan usia, kematangan emosional, dan
memberikan keseimbangan antara otak kanan dan kiri. Melalui pembelajaran musik,
peserta didik dapat mengenal kebesaran Allah, memperkenalkan bunyi-bunyian dari
alam, dan belajar tentang hubungan sosial dan budaya. Dengan demikian,
pembelajaran musik dapat membantu peserta didik memahami dan mengapresiasi
keanekaragaman budaya serta meningkatkan kesadaran diri akan budaya dan
kehidupan di nusantara.